Search

Minggu, 28 Desember 2014

Tuhan mengasihi orang berdosa

"Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya, -dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerjaan,"  Wahyu 1:5b-6a

Alkitab menyatakan semua manusia berdosa.  Siapa pun dan apa pun warna kulit kita, tanpa terkecuali,  "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak."  (Roma 3:10);  semua telah kehilangan kemuliaan Allah.  Pemazmur menegaskan bahwa di antara yang hidup tidak seorang pun yang benar di hadapan Allah  (baca  Mazmur 143:2).  Namun kita patut bersyukur karena Yesus berkata,  "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."  (Matius 9:13).

     Apa yang diperbuat Yesus terhadap kita orang yang berdosa?  Pertama,  Tuhan Yesus mengasihi kita.  Dikatakan,  "Bagi Dia, yang mengasihi kita..."  Kita tidak perlu mengerjakan sesuatu terlebih dahulu untuk menarik kasihNya karena Ia adalah kasih.  "Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."  (Roma 5:8).  Ia mengasihi kita apa adanya, kasih yang tak bersyarat dan berisikan pengorbanan.  Dan kematian Kristus di Kalvari adalah bukti nyata bahwa Ia rela mati untuk menebus dosa-dosa kita.  Kedua,  Tuhan Yesus melepaskan kita dari dosa oleh darahNya.  Tertulis:  "...yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya."  Arti kata melepaskan di sini adalah menyucikan.  Dalam Yesaya 1:18 dinyatakan bahwa  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju;  sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  Tuhan Yesus melepaskan kita dari dosa dengan jalan memberikan diriNya sendiri melalui cucuran darahNya  (baca  1 Petrus 1:18-19).  Ketiga,  Tuhan  Yesus mengangkat kita keluar dari dosa kita,  "dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya,;"  (Wahyu 1:6)  Melalui karya kudusNya di atas kayu slaib kita tidak hanya dipulihkan, tapi status kita juga diubahkan, dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran.  Kita dibawa dari hidup dalam dosa ke suatu dimensi hidup yang baru yaitu hidup dalam kebenaran.  Tidak hanya itu,  "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak;  jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:7).  Ada pun dampak dari semua ini sungguh luar biasa, di mana kita berhak mengalami dan menikmati berkat-berkat rohani di dalam sorga  (baca  Efesus 1:-3).

Tanpa pengorbanan Kristus di kayu salib, kita semua tidak memiliki masa depan dan pengharapan!

Minggu, 14 Desember 2014

Awali dan akhiri harimu dengan Yesus


Bahan renungan:
Mazmur 119:148 Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan janji-Mu.
Saya heran dengan orang yang mempunyai kebiasan bangun tidur mengambil handphone atau koran dan kemudian membaca dan membahas
berita buruk yang terjadi dengan orang tua atau pasangannya. Tidak heran jika sepanjang hari, pikirannya terganggu.
Teman, awali hari Anda dengan Yesus. Pastikan setiap kali Anda bangun tidur, Anda menyadari bahwa hari itu Yesus selalu ada bersama Anda,
tidak peduli apa pun kondisi yang sedang Anda hadapi. Saya tidak katakan membaca berita tidak penting. Tapi dibandingkan membaca berita mengenai pembunuhan, pencurian, kecelakaan, dan sakit penyakit untuk mengawali hari, lebih baik Anda merenungkan kebenaran Firman Tuhan. Begitu juga saat Anda tidur. Jangan menutup hari Anda dengan membaca atau mengingat hal-hal yang buruk. Firman Tuhan katakan dalam Filipi 4:8, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Pikirkanlah tentang betapa baiknya Tuhan, sehingga Anda dapat tidur dengan hati yang damai dan penuh
syukur, bukan kekuatiran atau ketakutan.

Jumat, 12 Desember 2014

ROH yang memimpin kita pada Ketaatan

Sebagai manusia kita memiliki kecenderungan untuk hidup menuruti keinginan daging daripada tunduk kepada Tuhan dan hidup dipimpin oleh
Roh. Ada tertulis: "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
Memang tidak mudah menjauh dari dosa dan melepaskan diri dari ikatan dosa yang selama ini membelenggu hidup. Tanpa adanya pertobatan
sejati kita akan selalu ada dalam jerat Iblis. Sia-sia saja membanggakan diri karena status kita sebagai orang Kristen atau anak Tuhan padahal cara hidup kita sama dengan orang-orang dunia
yang belum diselamatkan, sebab firmanNya dengan tegas menyatakan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Kita harus memiliki
kualitas hidup yang berbeda sebagai ciri khas yang membedakan kita dengan orang dunia. Kita harus bisa menjadi saksi Kristus, hidup seperti surat
terbuka yang bisa dibaca oleh semua orang, sebab dunia membutuhkan bukti. Tuhan menuntut kita untuk menghasilkan buah-buah roh (Galatia
5:22-23) . Dan kita hanya bisa berbuah jika kita tinggal di dalam Tuhan dan Dia di dalam kita (baca Yohanes 15:5) . Tinggal dalam Tuhan artinya selalu dekat denganNya serta taat
melakukan kehendakNya, sehingga Tuhan akan bekerja dalam hidup kita melalui karya Roh Kudus yang akan memimpin kita pada ketaatan: "...Roh
Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;" (Yohanes 16:13a).
Kadangkala kita ingin melepaskan diri dari perbuatan daging yang menyesatkan, tapi Iblis yang penuh tipu muslihat tidak menyerah begitu saja. Iblis selalu berusaha melemahkan iman
anak-anak Tuhan sehingga banyak dari kita yang masih saja jatuh dalam dosa yang sama dengan melakukan penyembahan berhala, hidup dalam
perzinahan, pesta pora dan hawa nafsu, yang tanpa kita sadari telah mengotori Bait Roh Kudus yang ada di dalam kita (baca 1 Korintus 6:19-20) .
Untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus kita memerlukan Tuhan untuk mengubah hati kita.
"Kamu akan kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat." Yehezkiel 36:26.

Selasa, 09 Desember 2014

Apa Arti Natal Sesungguhnya

Arti Natal sesungguhnya?

Beberapa hari ini, pikiranku terbawa dalam perenungan. Entah kenapa, ingin rasanya aku merenungkan kembali arti dari kisah Natal.

Aku lupa kapan aku mulai mengenal kisah Natal. Mungkin ketika di sekolah. Aku mengetahui begitu banyak cerita Alkitab di sekolah, karena kebetulan aku sekolah di salah satu sekolah Kristen. Saat itu, buatku, tidak ada yang istimewa di hari Natal.

Aku juga lupa kapan aku mulai mengerti makna Natal. Aku pun tidak ingat kapan terakhir kali aku menikmati Natal yang sesungguhnya. Natal yang dirayakan dengan seharusnya.

Natal buatku sudah menjadi satu rutinitas menjelang akhir tahun. 24 Desember ada ibadah malam Natal, 25 Desember ada ibadah Natal. Ketika masih aktif di gereja, Natal adalah salah satu momen yang sangat sibuk. Aku ikut menyanyi di paduan suara dengan tugas untuk mengisi acara Natal. 6 bulan sebelum Natal kami sudah mulai latihan. Mendekati acaranya, latihan ini makin sering dan intensif. Menjelang Natal ada gladi kotor dan gladi resik. Pada hari H, aku tidak bisa menikmati kebaktian, karena terlalu sibuk dengan persiapan dengan teman-teman yang lain. Setelah pelayanan, apa yang kudapat? Tak ada yang bisa kuingat. Begitu pula di kampus. Aku sibuk dengan segala aktifitas Natal. Sibuk persiapan, sibuk ini, sibuk itu.

Natal terbaik seperti apa yang pernah kumiliki? Aku tidak ingat.

Namun, bukankah seharusnya setiap momen Natal adalah momen yang spesial?

Ketika merenungkan hal ini, dan ketika mengingat Natal yang sudah lewat… apa yang aku ingat? Ternyata yang aku ingat hanya kesibukan demi kesibukan.

Akan tetapi, yang kini menjadi pertanyaan untuk diriku sendiri adalah: “Apa makna Natal yang sesungguhnya untuk aku? Apakah aku masih ingat arti sesungguhnya dari Natal? Mengapa aku datang ke gereja setiap hari Natal? Apakah aku masih ingat mengapa Tuhan datang ke dunia? Apakah aku masih meragukan kasih-Nya yang begitu besar?”

Aku berharap tahun ini aku dapat kembali mengingat arti Natal yang sesungguhnya. Natal yang merupakan wujud nyata kasih Allah kepada setiap umat manusia. Kasih yang mau berkorban. Allah yang kudus, yang Mahakuasa, datang menjadi seorang bayi yang lemah, tidak berdaya. Aku berharap aku dapat melewati Natal kali ini dengan hati yang kembali mengingat kasih Allah yang tiada terkira. Bayi Yesus yang lahir, untukku, manusia yang berdosa.

Natal seharusnya menjadi momen untuk menyegarkan kembali pikiran kita akan kasih Allah. Natal pertama tidak identik dengan pesta, perayaan, kado, dan kue. Natal pertama identik dengan kandang, palungan, dan gembala. Aku mau mengingat kembali arti Natal yang sesungguhnya. Natal pertama, Natal di Betlehem, Natal di sebuah kandang. Aku mau kembali menghayati Natal yang sesungguhnya.

Apakah arti Natal bagimu? Renungkan itu dan temukan kembali arti Natal yang sesungguhnya. Arti yang ditemukan di dalam diri Yesus, sang Juruselamat dunia yang turun dari sorga ke dunia untuk menyelamatkan manusia yang berdosa.

“Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Lukas 2:10-12).

Sabtu, 29 November 2014

Mengulangi Dosa Yang Sama?

Kita sudah mengetahui bagaimana cara memperoleh keselamatan kekal melalui artikel Memperoleh Keselamatan Kekal. Namun tentunya perjalanan untuk mengikut Kristus tidak semudah kelihatannya. Salah satu masalah yang banyak sekali dialami oleh umat Kristen adalah mengulangi dosa yang sama atau dengan kata lain jatuh pada dosa yang itu – itu saja. Pertanyaan yang selanjutnya banyak muncul adalah, apakah Tuhan tetap mengampuni dosa kita kalau kita melakukan dosa yang sama? Apakah Tuhan Yesus tetap menebus dosa kita walaupun kita sudah minta ampun tapi tetap melakukan dosa itu lagi?

Ibrani 9:28, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.

Kita bertobat untuk percaya Yesus Kristus satu kali dan satu kali juga kita memperoleh keselamatan, namun kita harus senantiasa bertobat setiap kali kita melakukan dosa. Bertobat dalam bahasa aslinya adalah metanoia yang dapat diartikan sebagai berbalik arah atau berubah 180 derajat. Jadi ketika kita bertobat dari suatu dosa, kita tidak memandang dosa itu lagi, melainkan membelakangi dosa tersebut.

Manusia menjadi berdosa bukan karena manusia berbuat dosa, tetapi manusia berbuat dosa karena manusia pada mulanya adalah pendosa. Jadi manusia melakukan hakekatnya sebagai pendosa yaitu melakukan dosa. Oleh karena itu selama kita masih hidup dan masih ada di dalam tubuh manusia yang lemah ini, kita mungkin saja jatuh ke dalam dosa, dan bukan tidak mungkin kita jatuh ke dalam dosa yang sama. Sebenarnya jatuh di dosa yang sama merupakan masalah yang banyak dihadapi oleh orang yang sudah ikut Kristus. Orang yang ikut Kristus biasanya enggan melakukan dosa baru dan dapat lebih kuat menahan godaan terhadap dosa – dosa baru. Namun berbeda dengan dosa lama, dosa lama mungkin saja sudah dilakukan sejak sebelum mengenal Kristus, bukan tidak mungkin sudah menjadi kebiasaan, yang artinya akan lebih mudah untuk kita jatuh ke dosa yang itu – itu lagi.

Sebagai orang yang sudah menerima Roh Kudus, kita tentunya tidak ingin terus menerus jatuh di dosa yang sama, berikut beberapa tips agar kita dapat lepas dari dosa yang itu – itu saja.

1. Mengakui dosa kita terhadap Tuhan dan saudara seiman

Yakobus 5:16, Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Kebanyakan orang Kristen memang mengakui dosanya di hadapan Tuhan, dan bahkan mengakuinya setiap hari, namun kebanyakan dari mereka tetap melakukan dosa yang bahkan baru diakuinya. Memang penting untuk dapat mengakui dosa kita di hadapan Tuhan dan bertobat meminta pengampunan, namun untuk beberapa kasus hal ini tidak cukup. Kita juga harus mengakui dosa kita di hadapan orang lain, dalam hal ini adalah saudara seiman yang dapat dipercaya. Kebanyakan orang malu untuk mengakui dosanya sehingga orang tersebut berjuang sendirian melawan dosanya. Sangat sulit kita melawan dosa sendirian, kita butuh pertolongan Tuhan. Uniknya, Tuhan menolong kita biasanya melalui orang lain, oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk dapat mengakui dosa kita kepada kakak rohani, bapa rohani, ataupun saudara seiman lain yang dapat kita percaya dan dapat menguatkan kita sehingga kita tidak berjuang melawan dosa sendirian, melainkan ada orang lain yang mendukung kita. Dengan saling mengaku dosa dan saling mendoakan, sesuai dengan ayat Yakobus 5:16, kita dapat sembuh dari dosa – dosa kita.

2. Jangan beri kesempatan kepada iblis

Efesus 4:27, dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.

Biasanya orang melakukan dosa yang sama pada keadaan yang sama juga. Penting bagi kita untuk dapat mengetahui pada kondisi apa kita berbuat dosa. Kita tidak boleh memberikan kesempatan kepada iblis untuk dapat menggoda kita melakukan dosa. Misalkan untuk anak muda, biasanya mudah sekali berbuat dosa pada saat sedang berduaan di dalam satu ruangan, oleh karena itu dalam situasi seperti ini sebaiknya mereka segera keluar dari ruangan agar iblis tidak mempunyai kesempatan untuk dapat menggoda mereka melakukan dosa. Contoh lain adalah orang yang suka mabuk – mabukan dan sulit untuk lepas dari minuman keras, janganlah orang itu dekat – dekat dengan akses minuman keras, jangan sampai orang tersebut pergi ke tempat yang menjual minuman keras,.

3. Cari kebiasaan lain

Efesus 4:28, Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.

Salah satu alasan mengapa orang sangat sulit untuk lepas dari dosa yang sama adalah karena dosa tersebut sudah menjadi kebiasaan dan mendarah daging. Kebiasaan sangat sulit bahkan mungkin saja tidak dapat dihilangkan. Tetapi tenang, kabar baiknya adalah kebiasaan bisa digantikan. Seperti pada ayat Efesus 4:28, orang yang mencuri bukan hanya disuruh untuk tidak mencuri lagi, tetapi dinasihatkan juga untuk bekerja dengan tangannya sendiri dan membagikan berkat kepada orang yang berkekurangan. Jadi kita harus mencari hal lain yang dapat kita lakukan untuk dapat lepas dari dosa. Contohnya adalah orang yang sudah terbiasa merokok, cobalah bawa permen dan menjadi terbiasa untuk makan permen. Contoh lain adalah orang yang sudah terbiasa untuk berjudi dapat mencoba untuk menabung. Hal lain yang dapat dilakukan adalah membiasakan diri untuk membaca alkitab, dengan adanya kebiasaan baru yaitu membaca alkitab, kebiasaan – kebiasaan buruk kita mungkin saja dapat kita tinggalkan.

Dengan melakukan 3 tips ini memang kita bisa saja tidak langsung dapat lepas dari dosa yang sama, butuh proses untuk dapat benar – benar lepas dari dosa. Akan sangat sulit jika kita berjuang melawan dosa sendirian, namun jika ada Tuhan Yesus yang memimpin, kita pasti bisa merdeka terhadap dosa.

Senin, 24 November 2014

Menunggu waktu Tuhan

Pernah ga merasa segala sesuatu yang kita inginkan tidak kunjung kita dapatkan ? Terkadang sepertinya kita merasa percuma berdoa, memohon-mohon pada Tuhan untuk dikabulkan, tetapi jawaban doa kita masih saja
belum kita dapatkan. Ekstremnya karena kita merasa doa kita tidak dijawab kita menganggap Tuhan itu tidak ada. Tapi tau ga temen-temen, kalau Tuhan itu punya waktu dan rencanaNya
sendiri buat hidup kita, Tuhan itu tau setiap keperluan dan kebutuhan kita, dan Dia akan memberikannya disaat yang tepat. Percayalah Tuhan itu ada dan selalu mendengarkan doa dan
permohonan kita.

Senin, 17 November 2014

Tujuan Tuhan

Sebab Aku ini mengetahui rancangan- rancangan apa yang ada pada- Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN,

yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Yeremia 29:11

Saat Tuhan menciptakan kita, Ia memiliki rencana serta tujuan bagi kita. Kita berada di  dalam dunia ini bukan karena kebetulan, tetapi ada tujuan dan rencana Tuhan yang indah bagi kita. Tujuan Tuhan bagi kita adalah untuk menjadikan kita sebagai pemenang. Tuhan berfirman bahwa kita tidak akan menjadi ekor namun menjadi kepala, jalan hidup kita akan semakin naik dan tidak akan turun. Kalaupun kita sempat mengalami kegagalan, kita tidak boleh berputus-asa. Mari bangkit demi mencapai kemenangan. Kita harus selalu berfokus kepada Tuhan. Tetap percaya bahwa tujuan Tuhan adalah membawa kita kepada kemenangan. Begitu pula saat kita menghadapi masalah, janganlah kita tawar hati. Walaupun sepertinya kita berada di padang gurun, kita harus yakin bahwa itu bukanlah akhir dari tujuan hidup kita. Pada waktuNya, kita akan melihat kuasa Tuhan dinyatakan. Masalah itu ada, supaya kita dapat melihat kemuliaan Tuhan. Masalah yang terjadi tidak akan pernah melebihi kekuatan kita. Persoalan yang terjadi hanyalah sebuah perjalanan yang harus kita lewati. Milikilah keteguhan iman.

Tuhan ingin membawa kita kepada rencanaNya yang indah, supaya kita dapat menggenapi tujuan hidup kita. Seringkali, rencana Tuhan berbeda dengan rencana manusia, tetapi ktia harus tetap percaya bahwa rancangan Tuhanlah yang terbaik bagi kita. Meskipun saat ini kita tidak mengerti kehendak Tuhan, jangan pernah takut, sebab Tuhan telah menyediakan yang terbaik. Tuhan rindu agar setiap kita dapat dipakai sebagai hambaNya, menjadi perpanjangan tanganNya, sehingga tujuan hidup kita hanyalah untuk menyenangkan hati Tuhan. Oleh sebab itu apapun yang Dia berikan dalam hidup kita, biarlah kita dapat mengembangkannya supaya menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Serahkanlah hidup kita sepenuhnya bagi Tuhan, biarlah Dia yang memakai hidup kita bagi kemuliaanNya. Tuhan juga ingin memulihkan kehidupan kita menjadi lebih baik, sehingga semua yang buruk akan dijadikanNya menjadi baik.

Jangan merasa hidup kita tidak berarti, sebab hidup kita sangatlah berharga di hadapan Tuhan. Hidup kita sepenuhnya ada dalam tujuan dan rencana Tuhan, sebab Ia adalah Bapa yang sempurna yang memiliki tujuan yang terbaik bagi anak-anakNya. Jangan takut, sekalipun dalam hidup ini ada banyak persoalan sebab Tuhan beserta dengan kita. Mari kita jalani hidup ini dengan satu tujuan: untuk menyenangkan hati Tuhan saja. Biarlah setiap kita boleh mengikuti rencana-rencana Tuhan supaya kita dapat menggenapi tujuan hidup kita.

Iman Timbul Dari Pendengaran


Bukanlah tanpa tujuan jika Tuhan menciptakan 2 telinga dan 1 mulut bagi manusia; tujuannya adalah supaya kita lebih banyak mendengar daripada berkata-kata, sebab "Di dalam banyak
bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi." (Amsal 10:19) .
Maka dari itu firman Tuhan menasihatkan, "setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata,..." (Yakobus 1:19) .
Tuhan menghendaki kita banyak mendengar, terutama dalam hal mendengarkan firman, sebab
"...iman timbul dari pendengaran, dan
pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17) . Banyak orang yang maunya hanya didengar oleh
orang lain sementara dirinya sendiri tidak mau mendengar orang lain.
Ketahuilah, salah satu penyebab kegagalan bangsa Israel adalah karena mereka tidak mendengarkan firman Tuhan dengan baik. "...engkau memasang telinga, tetapi tidak
mendengar." Karenanya Tuhan menyebut mereka sebagai bangsa yang tegar tengkuk. Banyak orang
Kristen yang kurang memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika mereka sedang mendengarkan firman Tuhan. Secara fisik mereka berada di dalam gereja, tapi telinga tidak sepenuhnya diarahkan pada firman. Sementara seorang pengkotbah menyampaikan firman Tuhan,
ada yang justru tertidur pulas, atau memikirkan hal-hal lain di luar ibadah. Tetapi terhadap berita- berita yang negatif, gosip tentang kejelekan orang
lain dan sebagainya, kita memasang telinga lebar-lebar. Semakin kita banyak mendengar berita-berita dari dunia ini semakin kehidupan kita terbentuk sama seperti orang-orang dunia. Itulah
sebabnya mengapa banyak orang Kristen yang tidak bertumbuh imannya, masih mengenakan manusia lama, padahal Alkitab jelas menyatakan
bahwa "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).
Apabila kita dengan sungguh-sungguh
mendengarkan firman Tuhan dan menerima firman itu di dalam hati kita, iman kita akan bangkit, aktif dan berfungsi dengan benar, sebab "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah."(Ibrani 11:6a).
Mari kita terus belajar mempertajam pendengaran kita terhadap firman setiap hari supaya kita beroleh kekuatan dalam menghadapi permasalahan hidup.

Senin, 03 November 2014

Kuat Di Dalam Tuhan

Ayat Bacaan: Yosua 17:1-18

 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya

Efesus 6:10

Banyak orang yang berolahraga agar badannya menjadi sehat dan kuat. Hal ini memang baik sebab dapat membuat kita sehat secara fisik. Begitu pula secara rohani, kita harus menjadi orang yang kuat dan teguh. Efesus mengatakan hendaklah kita menjadi kuat di dalam kekuatan kuasaNya. Menjadi kuat bukan berarti kita tidak pernah menjadi lemah, namun dalam keadaan apapun kita dapat berdiri teguh dan tidak mudah goyah. Kekuatan hidup kita hanyalah di dalam Yesus, sebab Dia adalah sumber hidup kita. Jangan menjadi lemah saat mengalami masalah sebab segala perkara dapat kita tanggung di dalam Dia yang memberi kita kekuatan. Memang untuk tetap menjadi kuat tidaklah mudah, sebab seringkali kita menghadapi banyak masalah. Oleh sebab itu, kita perlu senantiasa merenungkan Firman dan melakukannya. Ujian atau masalah yang datang itu tidak pernah terduga sebelumnya, jadi setiap hari kita perlu membekali iman kita dengan Firman Tuhan. Mazmur 1:2-3 mengatakan mereka yang merenungkan Firman Tuhan siang dan malam akan menjadi kuat bahkan akan tetap berbuah dalam kondisi apapun. Kita juga harus melakukan Firman supaya saat ada masalah, kita tidak akan menjadi goyah. Kalau kita ingin menjadi orang yang kuat di dalam Tuhan maka kita harus menjadikan Firman Tuhan sebagai dasar di dalam kita menjalani hidup ini agar tetap kuat.

Untuk menjadi kuat, hendaklah kita tetap bersukacita, sebab Firman Tuhan mendorong kita agar tetap bersukacita di dalam segala keadaan. Sukacita Tuhan adalah kekuatan kita. Sukacita yang Tuhan berikan berbeda dengan kesenangan yang dunia tawarkan. Bersukacitalah karena Tuhan, supaya kita tetap kuat di dalam Dia. Selain itu, kita wajib memiliki pengharapan di dalam Tuhan, sebab pengharapan di dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan, sehingga kita akan dikuatkan. Saat merasa bimbang, marilah kita menaruh pengharapan kepada Tuhan agar iman kita dapat dikuatkan kembali. Yang berikutnya, warnailah hidup kita dengan doa, pujian dan penyembahan kepada Tuhan supaya kita tetap kuat. Saat Tuhan Yesus akan disalib, Ia berdoa kepada Bapa supaya diberikan kekuatan menghadapi semuanya. Begitu pula saat kita mengalami situasi yang buruk, marilah kita berdoa agar kita menjadi kuat. Juga saat kita memuji Tuhan, Ia akan memberikan kekuatan bagi iman kita. Kita akan mengalami kuasa Tuhan.

Tinggallah senantiasa di dalam Tuhan, supaya kita tetap teguh. Jadilah pribadi yang kuat dan teguh di dalam Tuhan. Jangan bimbang. Percayalah Tuhan akan menyediakan  kemenangan bagi kita. Amin.

Sabtu, 01 November 2014

God is good all the time, and all the time God is good

Ayat Bacaan: Yosua 22:1-34 

 Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!

Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!

Mazmur 34:9

Dalam sepanjang hidup ini, setiap dari kita tentunya sudah pernah merasakan  kebaikan Tuhan. Kita ada sampai dengan saat ini dalam keadaan yang baik tanpa kekurangan suatu apapun, juga merupakan salah satu anugrah serta kebaikan Tuhan yang patut kita syukuri. Bahkan sedikit atau banyak kita semua pasti pernah mendapatkan anugrah dari Tuhan, apakah itu berupa kesembuhan, berkat ataupun pertolongan Tuhan yang lain, sebab Yesus yang kita sembah adalah Tuhan yang penuh dengan kebaikan dan kemurahan. Kebaikan terbesar yang Tuhan nyatakan yaitu ketika Ia rela mengorbankan diriNya di atas kayu salib bagi keselamatan umat manusia, dan tidak ada yang dapat menandingi kebaikan Tuhan. Oleh sebab itu, setiap hari kita perlu bersyukur atas kebaikan yang Tuhan nyatakan. Jangan pernah mengeluhkan kondisi yang kita alami, sebab ketika kita dapat bersyukur kita akan dapat melihat kebaikan Tuhan yang lebih besar lagi.

Mazmur 34:9 mengatakan kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu. Artinya setiap kita perlu untuk senantiasa menghitung, mengingat bahkan mengenal kebaikan yang sudah Tuhan nyatakan, supaya kita tidak gampang menjadi kecewa atau pesimis dalam menjalani kehidupan ini. Kita perlu menyadari bahwa dalam keseharian hidup ini ketika kita dapat bangun dengan keadaan yang sehat ini merupakan wujud kebaikan Tuhan bagi kita. Sekalipun nampaknya sederhana, hal itu menunjukkan bahwa Tuhan tetap menyertai kita.  Saat kita sudah mengenal kebaikan Tuhan, maka kita tidak akan cemas lagi dengan hidup ini, sebab Tuhan pasti menyatakan kebaikan demi kebaikanNya bagi kita. Begitu juga dengan setiap kebutuhan hidup, kita tidak perlu kuatir sebab Yesus sudah menyediakan setiap kebutuhan kita. Filipi 4:19 menuliskan bahwa Tuhan akan memenuhi setiap kebutuhan kita menurut kekayaan dan kemuliaanNya. Dia adalah Tuhan yang baik dan yang memiliki segalanya. Mereka yang mengenal kebaikan Tuhan akan selalu berharap hanya kepadaNya, sebab Dia dapat selalu diandalkan. Jika saat ini Tuhan sudah menyatakan kebaikanNya, kita harus memiliki iman bahwa sepanjang umur kita, Tuhan akan tetap melanjutkan kebaikanNya, sebab kasih setia Tuhan tidak berubah serta tetap ada untuk selama-lamanya.

Biarlah mulai hari ini kita boleh mengisi hidup kita dengan ucapan syukur. Biarlah kita selalu melihat kasih dan kebaikan Tuhan. Walaupun banyak persoalan yang terjadi, percayalah bahwa kebaikan Tuhan melebihi setiap masalah dan Ia pasti memberikan pertolonganNya bagi kita.

Rabu, 29 Oktober 2014

Kehendak Tuhan yang utama

Baca:  Mazmur 143

"Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku!  Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata."  Mazmur 143:10

Di kalangan orang-orang percaya kata kehendak Tuhan sudah menjadi hal yang biasa dan seringkali digemakan.  Ketika mengharapkan sesuatu, semisal perihal jodoh/pasangan hidup, kita sering berkata:  "Ya...biarlah kehendak Tuhan yang jadi."  Ada pula yang dalam banyak hal selalu menggunakan kata kehendak Tuhan ini sebagai senjata supaya kelihatan rohaniah atau Alkitabiah,  "Kalau Tuhan kehendaki saya akan aktif dalam pelayanan ini.  Saya sih ikut kehendak Tuhan saja dalam hal ini."  Namun penggunaan kata kehendak Tuhan yang serampangan ini akan menimbulkan satu pertanyaan:  apa sebenarnya kehendak Tuhan itu dan bagaimana kita bisa memahami kehendak Tuhan tersebut?

     Dalam kehidupan ini, sadar atau tidak sadar, kita seringkali merasa jauh lebih kuat, lebih pintar, lebih hebat dan lebih tahu daripada Tuhan.  Padahal sebenarnya kita ini adalah orang-orang yang lemah dan tak berdaya.  Kita selalu berusaha mengatasi setiap persoalan dengan mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri.  Di setiap perencanaan hidup pun jarang sekali kita melibatkan Tuhan dan bertanya kepadaNya, padahal  "Tuhan mengetahui rancangan-rancangan manusia;  sesungguhnya semuanya sia-sia belaka."  (Mazmur 94:11), karena itu Salomo menasihati,  "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri."  (Amsal 3:5).

     Kita tidak pernah tahu akan apa yang terjadi di depan kita;  besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan dan sebagainya, tetapi Tuhan sudah tahu apa yang akan terjadi, bahkan Dia melangkah lebih jauh dari apa yang ada di pikiran kita, karena Dia Omniscience (Mahatahu);  Allah yang menciptakan kita, merancang hidup kita dan membentuk hidup kita.  Oleh karena itu kita harus belajar untuk mengerti kehendak Tuhan.  Namun seringkali kita melakukan segala sesuatu karena menuruti kehendak diri sendiri, bukan menurut kehendak Tuhan.  Kita harus menyadari bahwa kehendak kita tidak pasti, yang pasti hanya satu yaitu kehendak Tuhan.  Tertulis,  "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."  (Amsal 19:21).

     Kita merasa yakin bahwa apa yang akan kita lakukan dan rancangan itu pasti akan berhasil.  Kenyataannya?  Kita banyak mengalami kegagalan. 

Mari lakukan segala sesuatu menurut kehendak Tuhan, bukan kehendak manusiawi kita.

Rabu, 08 Oktober 2014

Menerima Mujizat

Dalam markus 5 dikisahkan tentang seorang perempuan yang bertahu-tahun mengalami sakit pendarahan. Perempuan itu sudah menghabiskan kekayaan untuk berobat, tetapi tidak ada hasilnya. Perempuan itu berkata "Asal kujamah saja jubahnya, aku pasti sembuh. Saat itu juga perempuan itu sembuh.
Dari peristiwa di atas kita dapat melihat sedikitnya ada 4 langkah bagaimana mujizat itu terjadi. Kita pun dapat melakukan 4 langkah berikut agar Tuhan juga berkenan melakukan mujizatnya bagi kita.
Pertama, Ucapkanlah !
Perempuan itu mengucapkan kata kenenangannya dengan iman yang teguh "Asal kujamah saja jubahnya, aku akan sembuh" dia yakin dan sama sekali tidak ragu, meski secara manusiawi, mustahil bagi dia untuk disembuhkan.
kedua, Lakukanlah !
Perempuan itu tidak berhenti pada perkataannya saja. Dia mendatangi kerumunan itu dan melakukan apa yang dikatakannya. Dia tidak hanya berdoa tapi berjuang secara nyata.
ketiga, Terimalah !
Perempuan itu menuai hasil dari apa yang dikatakannya dan diperbuatny detik itu juga. Imannya yang kuat membuat dia bisa menerima mujizat itu.
keempat, Ceritakanlah !
Sewaktu Yesus merasakan ada tenaga yang keluar dari padaNya, Yesus sadar bahwa ada yang menjamah jubahnya. Perempuan itu kemudian mengakui dan menceritakan apa yang dialaminya. Kita pun perlu menceritakan yang kita alami kepada orang-orang disekitar kita agar mereka juga percaya. Dengan kepercayaan itulah mereka juga akan menerima berkat, kesembuhan, dan pemulihan yang sama. Kesaksian akan menghapus keragu-raguan  dan akan membawa teladan yang bisa membawa semua orang kembali kepada Tuhan. Dengan iman yang semakin besar, maka mujizat yang kita alami juga akan semakin dahsyat dan luar biasa.

Rumus Mujizat =
katakan + Imani + Lakukan

Senin, 08 September 2014

Dalam Pujian Penyembahan Tuhan bekerja

Setiap ibadah selalu diawali dengan pujian penyembahan.  Mengapa?  Karena pujian dan penyembahan kepada Tuhan sudah seharusnya merupakan gaya hidup yang tidak terpisahkan dari iman Kristen.  Sejak awal Tuhan telah merancang kita untuk menjadi umat pemuji, bahkan sampai pada kekekalan di sorga tiada hentinya pujian dan penyembahan dinaikkan bagi Tuhan.  Melalui pujian dan penyembahan nama Tuhan ditinggikan, sebab Dia hadir dalam pujian umatNya.  Dengan pujian penyembahan kita mengundang hadiratNya yang penuh kuasa untuk melawat dan memulihkan keadaan kita.  Terkadang tidak banyak orang percaya yang menyadari betapa pentingnya pujian penyembahan dalam suatu ibadah.  Kita menganggapnya sebagai hal yang biasa dan rutin sehingga banyak orang yang sengaja datang ke gereja terlambat.  "Ah, masih puji-pujian, nanti saja datang ketika firman akan dimulai!"  Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang lebih menyukai dan hafal dengan lagu-lagu duniawi daripada lagu-lagu rohani.  Mereka tidak menyadari akan kuasa yang terkandung dalam puji-pujian kepada Tuhan.

     Bila kita memuji Tuhan dengan segenap hati, kita akan mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan.  Orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan pasti mengalami pembaharuan dalam hidupnya.  Dampaknya:  ia akan makin berkobar-kobar bagi Tuhan karena menyadari betapa besar kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidupnya;  betapa hidupnya berharga karena telah diselamatkan oleh Tuhan.  Simak ungkapan hati Daud ini yang menyadari akan kasih Tuhan:  "Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. ...setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia;"  (Mazmur 103:8,11).  Oleh karena itu penghormatan tertinggi hanya layak bagi Tuhan saja!

     Apabila kita bisa mengingat betapa baiknya Tuhan dalam hidup ini tidak ada yang bisa kita perbuat untuk membalas kebaikanNya selain hanya pujian dan penyembahan yang selayaknya kita sampaikan sebagai rasa syukur kita.
Tidak ada alasan untuk tidak memuji Tuhan di segala waktu, sebab dalam pujian penyembahan yang kita naikkan kuasa Tuhan turut bekerja dan kita pun akan mengalami pemulihan yang luar biasa.

Minggu, 24 Agustus 2014

Mengasihi Musuh

Bacaan : Matius 5:44

Orang yang bersikap baik kepada kita harus kita perlakukan dengan baik, sedangkan orang yang berbuat jahat dan menganiaya kita patut kita benci dan musuhi.  Inilah sikap yang dimiliki sebagian besar manusia.  Bahkan sekarang ini banyak orang yang bertindak semena-mena terhadap orang lain.  Yang kuat menekan yang lemah, yang kaya menindas yang miskin.  Hanya karena memiliki 'prinsip' berbeda seseorang dimusuhi, diserang, dianiaya, diintimidasi, bahkan dibunuh!

     Prinsip kekristenan berbeda dari prinsip dunia ini.  Firman Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi musuh kita.  Tuhan berkata,  "Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?  Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?  Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada berbuat demikian?" (ayat 46-47).  Tuhan Yesus adalah teladan yang luar biasa bagi kita.  Ia sanggup mengalahkan yang jahat dengan kebaikan;  diejek, diludahi, dimusuhi, dianiaya, bahkan sampai mati di kayu salib, Dia tidak pernah membalas perbuatan jahat mereka, tapi berdoa bagi mereka (Lukas 23:34).  Kejahatan tidak akan dapat ditaklukkan oleh kejahatan, tetapi kebaikanlah yang mampu mengalahkan kejahatan!  Mungkin kita berkata,  "Saya adalah manusia biasa, mustahil bisa mengasihi musuh."  Alkitab menambahkan: "...haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."  (Matius 5:48).  Mustahilkah?  Tentu tidak, karena status kita adalah anak-anak Allah, mewarisi sifat dan karakterNya.  Dikatakan,  "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  (1 Yohanes 4:8).  Pastilah Allah tidak pernah memberi perintah yang mustahil untuk kita lakukan.

     Menjadi sempurna bukan tergantung pada usaha kita, tetapi tergantung pada siapakah kita, asalkan kita terus bertumbuh di dalam Dia.  Mengasihi musuh adalah bentuk dari penyangkalan diri.  Ini adalah salah satu ujian untuk membuktikan status kita sebagai anak Allah,  "...dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga," (Matius 5:45).
Tuhan menghendaki kita memiliki hidup yang berbeda dari dunia, untuk itulah kita dipanggil supaya hidup kita menjadi berkat, salah satunya adalah mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka!

Senin, 18 Agustus 2014

Dewasa Rohani

Ketika seseorang merayakan hari ulang tahun, orang-orang terdekatnya pasti memberikan ucapan selamat, baik itu melalui kartu ucapan, sms atau memberikan ucapan selamat langsung:  "Selamat ulang tahun ya, semoga semakin dewasa, semakin sukses dan semakin diberkati Tuhan."  Kira-kira itulah ucapannya.  Dengan bertambahnya usia seseorang diharapkan semakin dewasa pula ia.  Dan semua orang pasti berharap hidupnya mengalami peningkatan demi peningkatan dalam segala hal:  hidup makin diberkati, karir makin naik, pelayanan makin maju dan makin dipakai Tuhan, serta makin dewasa secara rohani.

     Sesungguhnya inilah rencana Tuhan bagi kehidupan orang percaya: "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,"  (Ulangan 28:13).  Hidup Samuel mengalami peningkatan demi peningkatan.  Dikatakan:  "Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia."  Samuel mengalami pertumbuhan iman yang luar biasa dan makin dewasa rohani.  Kedewasaan rohani seseorang seharusnya adalah kedewasaan penuh, artinya ia dewasa di hadapan Tuhan dan juga di hadapan manusia.  Ada pun kedewasaan seseorang tidak tergantung pada usia atau berapa tahun dia menjadi Kristen.  Mungkin saja seseorang dewasa secara umur, tapi belum tentu ia dewasa secara rohani.

     Kedewasaan rohani seseorang berbicara tentang karakter dan buah-buah Roh yang dihasilkan dalam hidupnya.  Orang yang dewasa rohani memahami kehendak dan rencana Tuhan dalam hidupnya, serta menyadari bahwa jalan-jalan Tuhan bukanlah jalannya, waktu Tuhan bukanlah waktunya.  Oleh karena itu ia percaya bahwa Tuhan  "...membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkotbah 3:11), sehingga ia pun mampu memandang segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan, bukan dari sudut pandang manusia.  Dampaknya:  selalu ada ucapan syukur, tidak mudah mengomel dan mengeluh meski harus melewati berbagai persoalan, karena dia tahu bahwa Tuhan memegang kendali seluruh hidupnya.
Ketika seseorang berada dalam tahap dewasa rohani, ia layak menerima janji-janji Tuhan dalam hidupnya!

Kamis, 07 Agustus 2014

Milikilah Rasa Cukup

Baca:  Ibrani 13:5-8

"Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu."  Ibrani 13:5

Uang tidaklah jahat, tapi cinta terhadap uanglah yang jahat.  Karena cinta uang banyak orang menjadi  'gelap mata'  dan menyimpang dari kebenaran.  Mereka rela melakukan apa saja demi uang, bahkan berani menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, tidak peduli apakah itu mengorbankan orang lain atau melanggar hukum.

     Memang harus diakui bahwa uang itu penting bagi kehidupan kita, tapi uang bukanlah segala-galanya karena banyak hal di dalam kehidupan ini yang tidak dapat diukur, dibeli dan digantikan oleh uang.  Apakah uang bisa membeli sukacita, bahagia, ketenangan, apalagi keselamatan jiwa?  Tentu tidak!  Salomo, yang meskipun memiliki kekayaan yang melimpah, bahkan dikatakan bahwa  "Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat."  (1 Raja-Raja 10:23), mengakui bahwa berlimpahnya materi ternyata tidak menjamin kebahagiaan seseorang.  Salomo berkata,  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia."  (Pengkotbah 5:9).  Ketidakpuasan ini bersumber dari cinta uang dan hati yang terfokus pada kekayaan semata.  "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Karena cinta uang dan hati yang melekat kepada kekayaan, seseorang tidak pernah merasa cukup, sebaliknya selalu merasa kurang dan kurang.  Sebanyak apa pun uang dan kekayaan yang dimiliki tidak serta merta membuat orang merasa puas dan cukup.

     Rasa puas dan rasa cukup berbicara soal hati.  Bila hati kita dipenuhi ucapan syukur maka di segala keadaan kita pasti bisa berkata cukup.  Cukup tidak berarti kita berhenti bekerja dan berusaha, malah berpuas diri.  Kita bisa berkata cukup bila kita melihat dan menikmati apa yang telah kita terima dan dapatkan, bukan pada apa yang belum kita peroleh.  Rasul Paulus menasihati kita,  "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."  (1 Tesalonika 5:18).

"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  Lukas 12:15

Minggu, 03 Agustus 2014

Mengambil Keputusan

Ayat Bacaan: Filipi 2:1-11

Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.
Amsal 13:13
Pada tahun 1961, Jerry Richardson menghadapi sebuah keputusan penting. Sebagai seorang penerima bola dari regu sepak bola gaya Amerika, Baltimore Colts, ia mempunyai pekerjaan yang dapat dikatakan gemerlap dan aman. Tetapi ketika permohononannya untuk naik gaji ditolak, ia merasa sudah tiba waktunya untuk menanggung resiko melakukan hal yang selalu ingin dilakukannya – ia ingin memulai bisnisnya sendiri. Akhirnya Jerry Richardson dan keluarganya pindah ke Carolina Selatan, dan di sana ia memulai bisnis yang baru dengan membeli waralaba (franchise) pertama dari Hardee.

Jerry beralih dari menangkap bola ke membolak-balik hamburger selama dua belas jam sehari. Setelah berjam-jam, ia membersihkan kompor dan mengepel lantai. Hasilnya: $ 417 sebulan. Sebagian orang akan berpikir, sudah waktunya untuk menyerah. Namun Jerry tetap maju dan pantang menyerah. Hingga akhirnya Jerry Richardson memimpin salah satu perusahaan jasa boga terbesar di Amerika. Dari kisah ini kita melihat bahwa Jerry Richardson telah berani mengambil suatu keputusan yang penting dalam hidupnya. Dan saat ia menerima resiko dari apa yang diputuskan, Jerry tetap maju dan tidak menyerah, yang akhirnya membuat ia sukses.

Begitu pula dalam hidup ini, saat setiap hari kita diperhadapkan dengan berbagai keputusan, kita harus menjadi bijak dalam mengambil setiap pilihan. Karena keputusan kita hari ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kita di masa yang akan datang. Sebab itu perhatikan dan berhati-hatilah dengan setiap keputusan, supaya kita tidak menyesal dengan keputusan yang telah diambil. Pastikan juga bahwa keputusan kita menghasilkan sesuatu yang positif dan bukan hal yang fatal. Karena itu mintalah supaya Roh KudusNya membimbing, serta memberikan hikmat kita dalam mengambil keputusan. Temukanlah hikmat Tuhan melalui pembacaan Firman Tuhan.

Yang berikutnya, serahkanlah setiap keputusan hanya kepada Tuhan sebab rencanaNya itu yang terbaik buat kita. Ijinkan supaya hanya kehendakNya saja yang terjadi dalam diri kita. Walau memang jalan Tuhan itu berbeda dengan jalan kita, namun Ia tahu hal terbaik bagi kita. Maka dari itu taatlah selalu dengan keputusan Tuhan supaya kita dapat masuk dalam rencanaNya. (J)

Hidup memang selalu diwarnai dengan keputusan, namun pastikan bahwa setiap kita selalu dapat mengambil keputusan yang tepat.

Sabtu, 02 Agustus 2014

Bertindak Dengan Iman

Baca: Matius 14:22-33

"Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak:  'Tuhan, tolonglah aku!' "  Matius 14:30 
Mula-mula Petrus tidak melihat atau merasakan bahwa ada angin yang bertiup kencang serta gelombang yang besar menerpanya karena fokusnya saat itu adalah Tuhan Yesus, sehingga dia pun bertindak dengan iman berjalan di atas air.  Tetapi setelah memperhatikan keadaan di sekelilingnya Petrus mulai diliputi keragu-raguan, hatinya goyah dan mulailah ia tenggelam.

     Apabila kita memandang kepada Tuhan Yesus dan bertindak dengan iman melakukan suatu perkara, pasti kita berhasil. Tetapi apabila pertimbangan kita secara akal mulai bekerja pastilah kita akan gagal dan 'tenggelam'.  Jika kita memandang kepada Tuhan kita Yesus Kristus, kita tak usah memikirkan bagaimana caranya Ia menyelesaikan masalah kita.  Tak usah kita mengerti, yang penting percaya saja dan beriman.  Apabila kita mulai memikirkan angin dan gelombang yaitu keadaan di sekeliling kita, mulailah kita tenggelam, dan kita tak lagi dapat mengenali Tuhan Yesus.  Kemudian datanglah teguran,"Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"  (Matius 14:31b).  Apa pun keadaan yang menimpa kita biarlah terjadi seperti apa adanya, yang terpenting adalah tetap mengarahkan mata kepada Tuhan Yesus saja dan belajar bergantung kepadaNya sepenuhnya, maka Dia sanggup menyelesaikan segala persoalan kita.  Tuhan berkata,"Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit?  Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.  Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.  Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit:."  (Matius 10:29-31).

     Renungkanlah ini:  burung pipit saja tak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapa, masakan Dia membiarkan kita tenggelam dan mati dalam persoalan kita?  Jadi jangan takut dan panik! "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:7).  Yang membuat persoalan semakin berat dan besar adalah perasaan kita yang takut itu.  Kalau saja kita dapat tenang menghadapinya pastilah kita mampu melewatinya karena Tuhan pasti memberikan pertolongan kepada kita.

Yesaya 30:15 mengatakan, "...dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."

Matius 14:22-33
14:22 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.
14:23 Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.
14:24 Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal.
14:25 Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.
14:26 Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut.
14:27 Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
14:28 Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air."
14:29 Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.
14:30 Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!"
14:31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"
14:32 Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah.
14:33 Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah."

Selasa, 29 Juli 2014

Hidup dalam Pembentukan

Baca:  Yeremia 18:1-17

"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."  Yeremia 18:4

Kehidupan seorang Kristen adalah kehidupan yang berproses, artinya kita harus mengalami pembentukan dari Tuhan.  Seperti tanah liat yang berada di tangan tukang periuk, sebelum menjadi sebuah bejana yang indah dan bernilai tinggi, tanah itu harus diproses berulang-ulang sampai menjadi apa yang diinginkan oleh si penjunan.

     Jika memperhatikan kehidupan orang-orang di dunia ini, sebagian besar hanya fokus atau berorientasi kepada hasil saja:  berharap menjadi orang yang berhasil atau sukses seperti orang lain, tapi tidak mau bekerja keras;  ingin memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, tapi tidak peduli bagaimana cara harta itu diperoleh, bahkan segala cara ditempuhnya tanpa mempedulikan apakah cara itu benar, halal, haram atau melanggar hukum;  karena ingin menduduki jabatan yang lebih tinggi, seseorang rela menempuh jalan yang sesat, melakukan suap atau mencari pertolongan kepada paranormal.  Ada pula yang 'hantam kromo' demi mendapatkan jodoh atau pasangan hidup, padahal ternyata pasangannya itu sudah beristeri, tidak seiman dan sebagainya.  Segala cara ditempuh oleh orang-orang yang ingin mendapatkan segala sesuatu secara cepat tanpa harus mengalami proses.  Berhati-hatilah!  Ketika seseorang menempuh cara yang tidak berkenan kepada Tuhan, apalagi sampai datang meminta pertolongan kepada Iblis atau kuasa gelap, kelihatannya pertolongan itu cepat datang, tapi Iblis tidak pernah memberikannya dengan gratis, ada harga yang harus dibayar oleh orang itu!

     Dalam kehidupan orang percaya ada berkat, pertolongan dan mujizat yang secara pasti disediakan Tuhan bagi kita ketika kita mengikuti aturan-aturan yang ditentukan Tuhan untuk kita kerjakan.  Inilah yang disebut proses!  Tertulis:  "Tetapi carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).  Artinya jika kita mampu melewati proses yang Tuhan kehendaki dengan benar, berkat-berkat itu telah tersedia bagi kita.  Yang pasti semua janji Tuhan adalahya dan amin;  Dia tidak akan pernah mengecewakan umatNya!  Pertanyaannya:  sudahkah kita berhasil melewati proses yang ditentukan itu?  

"Sungguh, seperti tanah tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!"  Yeremia 18:6b

Seringkali kita tidak mau mengalami proses yang ditentukan Tuhan bagi kita, yang kita pikirkan hanyalah bagimana mendapatkan berkat dan pertolongan Tuhan, sehingga ketika proses itu terjadi kita cenderung memberontak dan menyalahkan Tuhan;  kita tidak tekun dan tidak setia menjalani proses tersebut.  Mari renungkan ini: "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga ia menyesal.  Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19).

     Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak pernah ingkar janji.  Dia senantiasa menepati apa yang dijanjikanNya dan Dia Tuhan yang tidak pernah berhutang terhadap siapa pun yang mengasihinya.  Maka dari itu kita harus percaya bahwa Tuhan pasti sanggup menolong kita, sebesar apa pun persoalan yang kita alami.  Akan tetapi yang Tuhan kehendaki adalah kita harus mengikuti jalan-jalanNya, kita harus siap diproses dan dibentuk olehNya.  Kita pun harus setia mulai dari perkara-perkara kecil terlebih dahulu, sebab jika kita setia dalam perkara kecil Tuhan akan mempercayakan perkara besar kepada kita.

     Mari pelajari contoh kasus ini:  Adalah pekerjaan yang mudah bagi Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir.  Tapi mengapa sepertinya selalu dipersulit oleh Firaun?  Firaun bukanlah apa-apa di hadapan Tuhan.  Sekeras apa pun ia Tuhan selalu punya cara yang ajaib untuk menolong dan membela umat Israel.  Ketika bangsa Israel dikejar oleh pasukan tentara Mesir Tuhan pun bertindak menyatakan kuasaNya: "Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering;  sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka."  (Keluaran 14:22) dan orang-orang Mesir pun dicampakkan Tuhan ke tengah-tengah laut Teberau.  Hal ini menunjukkan betapa mudahnya tangan Tuhan memberikan pertolongan dan menyatakan mujizatNya.  Namun perhatikanlah betapa Tuhan memerlukan waktu selama 40 tahun untuk memproses dan membentuk bangsa Israel, sampai-sampai Ia sendiri menyebut bangsa Israel sebagai bangsa yang tegar tengkuk  (baca Keluaran 32:9).
Fokus bangsa Israel hanya pada berkat dan mujizat tapi menolak diproses oleh Tuhan, akibatnya mereka harus mengalami proses itu dalam waktu yang sangat lama!

Kamis, 24 Juli 2014

Jangan khawatir, Tuhan memelihara hidup kita

Baca:  Lukas 12:22-31

Siapa pun orangnya, entah itu pria atau wanita, tua atau muda, orang kaya atau miskin, orang berpangkat atau pegawai rendahan, tinggal di kota, desa, di lereng gunung atau di daerah pelosok, semuanya pasti pernah merasa kuatir.  Adalah bohong jika ada orang yang berkata,  "Seumur hidup aku tidak pernah kuatir.",  karena rasa kuatir adalah bagian dari kehidupan manusia.  Merasa kuatir itu wajar, tapi kita tidak boleh larut dalam kekuatiran setiap hari atau keterusan hidup dalam kekuatiran.

     Lalu bagaimana caranya untuk tidak larut dalam kekuatiran?  Caranya ialah membangun kekariban dengan Tuhan setiap hari, karena kehadiranNya melenyapkan kekuatiran dan membuat damai sejahtera.  Maka dari ini "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:70).  Bila kita tetap larut dalam kekuatiran, hal itu akan merugikan diri kita sendiri.  Kita tidak akan bertumbuh dan maju, bahkan keadaan kita akan semakin buruk.  Ketika seseorang terus dalam kekuatiran, dalam hidupnya pasti tidak ada ucapan syukur, yang ada hanya keluh kesah dan persungutan.  Maka supaya kekuatiran itu lenyap, kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus dan percaya kepadaNya dengan sepenuh hati.  Jangan terpaku, yang meski secara kasat mata di perhadapkan pada ujian, kesesakan, penderitaan, aniaya dan sebagainya, tidak larut dalam kekuatiran:  "-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-"  (2 Korintus 5:7).  Perhatikan juga riwayat perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian.  Meski harus melewati padang gurun yang gersang dan panas selama 40 tahun, mereka tidak pernah berkekurangan.  Tuhan memelihara mereka dengan caraNya yang ajaib:  tiang awan dan tiang api senantiasa menaungi mereka, ketika haus Tuhan menyediakan air, ketika lapar Dia mengirimkan manna (roti sorga) dan juga burung puyuh.

     Mungkin saat ini kita sedang mengalami seperti yang dialami oleh bangsa Israel yaitu berada di 'padang gurun'.  Ingatlah, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita!  Jangan lagi kuatir!  Yang terpenting,  "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).
Ketika mengutamakan Tuhan dan kebenarannya, tidak ada hal yang perlu kita kuatirkan!

Selasa, 22 Juli 2014

Jangan menilai orang dari penampilan

Baca:  Matius 7:1-5 

"Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." Matius 7:2
Adalah hal yang wajar jika manusia menilai sesamanya berdasarkan penampilan luarnya atau apa yang terlihat oleh mata, sampai-sampai ada istilah cinta pada pandangan pertama:  ketertarikan terhadap seseorang saat pertama jumpa yang pastilah didasari oleh penilaian dari penampilan luar.  Acapkali penampilan seseorang adalah cerminan dari pribadi atau keadaan orang yang bersangkutan.  Semisal saat ia sedang gembira, sedih, semangat, frustasi atau putus asa pasti akan terlihat dari penampilannya.  Kadangkala dari sorotan mata saja seseorang bisa dinilai, apakah ia orang yang sombong atau punya niat yang tidak baik seperti tertulis:  "Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa."  (2 Petrus 2:14a).  Atau mungkin kita berkata,  "Ah, aku tidak suka dengan orang itu, dari raut mukanya saja sudah terlihat kalau dia itu judes atau jahat."  Singkat kata, kita begitu gampangnya menilai atau mengomentari seseorang seperti layaknya kita menilai sebuah buku berdasarkan sampul atau cover-nya.

     Penilaian kita terhadap seseorang bisa saja salah.  Maka dari itu firman Tuhan melarang kita untuk menghakimi atau mengukur orang lain dengan ukuran kita, apalagi berdasarkan penampilan luarnya.  Yang berhak menilai manusia itu Tuhan, bukan sesamanya, karena ukuran kita menilai orang berbeda dengan penilaian Tuhan. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;  manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b).  Dalam kotbahnya Tuhan Yesus menasihati agar kita tidak terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang lahiriah (penampilan luar).  Berkenan dengan hal ini Tuhan Yesus menegur keras orang-orang Farisi, "...sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran... di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."  (Matius 23:27:28).  Ternyata penampilan luar seringkali menipu!

     Memang kita tidak boleh meremehkan penampilan, namun itu bukan yang utama.  Alkitab dengan tegas melarang kita untuk menilai, menghakimi atau mengukur seseorang berdasarkan penampilan luarnya.  Yang berhak menilai seseorang adalah Tuhan, bukan kita.Tugas kita adalah mengasihi dan memberkati sesama kita!

Sabtu, 19 Juli 2014

Mengenal Tuhan dengan benar

Baca:  Yohanes 17:1-5

"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."  Yohanes 17:3

Kata mengenal bukan sekedar kita tahu siapa Tuhan kita.  Mengenal merupakan suatu hubungan yang intim dan benar dengan Tuhan, yang secara otomatis disertai dengan pengalaman pribadi yang menghasilkan buah.

     Buah yang dimaksudkan adalah buah pertobatan.  "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Jika seseorang berkata bahwa ia sudah mengenal Tuhan tetapi tidak ada buah pertobatan yang dihasilkan sebagai bukti pengenalannya, maka dapat dikatakan bahwa ia belum mengenal Tuhan;  dan orang yang belum mengenal Tuhan berarti belum diselamatkan.   Sampai berapa lama kita harus memiliki pengenalan akan Tuhan hingga kita beroleh hidup yang kekal?  Sampai selama-lamanya.  Artinya suatu tindakan yang harus kita lakukan secara terus-menerus, sebab hidup kekal itu bukan sekedar berbicara tentang Kerajaan Sorga, tetapi suatu hubungan yang karib dengan Tuhan sampai selama-lamanya.  Sudahkah kita memiliki keintiman dengan Tuhan secara pribadi?  Semua orang bisa saja berkata bahwa ia telah mengenal Tuhan, namun hal itu tidak menjamin bahwa mereka sudah dikenal oleh Tuhan.  Dikatakan,:  "Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah."  (1 Korintus 8:3).  Jangan sampai kita menjadi orang Kristen selama bertahun-tahun tapi pada akhirnya Tuhan berkata,  "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"  (Matius 7:23).  Jadi Saudaraku, kita bisa mengasihi Tuhan jika kita memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan.

     Mari kita ingat bahwa kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik yang kita perbuat, tetapi karena kasih karunia, melalui iman kita  (baca  Efesus 2:8-9), di mana iman itu datang dari pengenalan akan Tuhan secara benar, melalui firmanNya.  Adapun iman yang benar mempunyai dua unsur:  percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan percaya kepadaNya sebagai Juruselamat.  "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan."  (Roma 10:9).

Percaya kepada Yesus sebagai Tuhan berarti harus percaya karya penebusanNya.

Jumat, 18 Juli 2014

Janji TUHAN tidak mengecewakan

 Ayat Bacaan: Hakim-Hakim 6:1-40

Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji,

tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.

Mazmur 12:7

Dalam Firman Tuhan banyak tercatat janji Tuhan yang dapat menyertai di sepanjang perjalanan hidup kita, sebab janji Tuhan itu berkuasa. Dikatakan bahwa janji Tuhan adalah janji yang murni, yang tidak pernah lapuk oleh apapun, sehingga benar-benar teruji. Namun terkadang situasi yang terjadi seringkali membuat kita bimbang terhadap janji Tuhan. Ketika kita mulai ragu, kita harus kembali bangkit dan menguatkan iman percaya kita bahwa Tuhan tidak mungkin berdusta terhadap janjiNya. Dia adalah Tuhan yang selalu menggenapi perjanjianNya. Dalam 2 Petrus dikatakan bahwa Tuhan tidak pernah lalai dalam menggenapi janjiNya, sekalipun kita menganggapnya sebagai suatu kelalaian. Memang sebagai manusia, kita selalu menginginkan yang serba cepat, namun Tuhan memiliki waktu yang khusus bagi setiap kita. Jika saat ini kita masih belum melihat penggenapan janji Tuhan, bersabarlah dan ingatlah bahwa Tuhan selalu menggenapi janjiNya. Dia ingin kita memiliki ketekunan dan belajar untuk tetap percaya. Kita perlu mempercayai janji Tuhan sebab Tuhan akan membuat segalanya indah pada waktuNya.. Dalam segalanya, Tuhan tidak pernah terburu-buru ataupun terlambat.

Saat kita mengalami persoalan hidup, kita harus belajar percaya kepada janji Tuhan. Berpeganglah kepada janji Tuhan bahwa Dia tidak akan pernah memberikan pencobaan yang melebihi kekuatan kita. Ia bahkan akan memberikan pertolonganNya bagi kita. Dalam setiap persoalan yang terjadi, yakinlah bahwa Tuhan akan membukakan jalan untuk setiap masalah kita. Janji Tuhan tidak pernah berubah oleh apapun juga.

Pada waktu kita berharap pada janji Tuhan, iman kita akan senantiasa dikuatkan. Kita tidak akan menjadi takut, sebab janji Tuhan adalah jaminan dan kepastian bagi kita. Biarlah setiap kita boleh senantiasa hidup dalam janji Tuhan, sebab di dalamnya ada kepastian. Ketika kita mulai ragu terhadap janji Tuhan, hendaklah kita menguatkan iman kita, dan kembali berharap serta sabar menunggu janji Tuhan. Saat kita percaya, maka kita tidak akan dikecewakan. Kita akan mendapatkan penggenapan janji Tuhan. Ketika manusia mengecewakan kita karena tidak menepati janjinya, ingatlah bahwa Tuhan tidak dapat mengingkari janjiNya sebab Ia adalah Tuhan yang setia. Hanya janji Tuhan yang dapat diandalkan. Amin.

Kamis, 17 Juli 2014

Dalam Yesus Harapan tidak mengecewakan

Baca:  Roma 8:18-25

"Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun."  Roma 8:25
Banyak orang tidak dapat menerima keadaan yang tidak menyenangkan dalam hidupnya.  Mereka mulai marah-marah, memberontak dan menyalahkan Tuhan atas apa yang dialami.  Hal ini berlanjut pada tindakan dan tekad keluar dari permasalahan yang ada, apa pun caranya, tidak peduli apakah jalan yang ditempuhnya nanti berujung pada kesia-siaan, seperti tertulis: "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 14:12).  Mereka mengira bahwa jalan yang ditempuhnya itu sudah benar dan pasti akan memberikan jalan keluar.  Alkitab menegaskan,  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!"  (Yeremia 17:5).  Sekuat dan sehebat apa pun manusia, kemampuan dan kekuatannya ada batasnya.  Tapi jika kita mau menyikapi setiap permasalahan yang ada dengan tetap berharap pada kuasa Tuhan, tidak ada yang perlu diragukan lagi seperti pengakuan Daud,  "Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi."  (Mazmur 121:2).

     Penderitaan dan hal-hal yang tidak mengenakkan diibaratkan orang yang sedang sakit bersalin dan menantikan bayinya segera lahir;  harus ada perjuangan dan ketekunan dalam menanti sesuatu yang kita harapkan itu, sebab jika kita tekun iman kita akan kuat dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh keadaan apa pun, sehingga pengharapan kita di dalam Tuhan tidak mengecewakan.  Seringkali ketika pergumulan terasa berat dan sepertinya tidak ada jalan keluar kita mulai membuat perhitungan dengan Tuhan.  Kita berkata,  "Aku sudah mengikut Tuhan selama bertahun-tahun;  aku sudah terlibat dalam pelayanan dan banyak berkorban harta untuk membantu pekerjaan Tuhan, tapi mengapa Tuhan seakan tidak adil padaku?"

     Setiap kita pasti selalu berharap bahwa perjalanan hidup kita baik-baik saja tanpa hambatan yang merintangi.  Demikian pun Tuhan selalu ingin kita menjadi kuat seperti rajawali, yang meskipun harus melewati badai tetap mampu terbang tinggi.

Tuhan tidak pernah membiarkan kita bergumul seorang diri, Dia sangat peduli dan sanggup memberikan pengharapan yang pasti dan tidak pernah mengecewakan!

Jumat, 11 Juli 2014

Memiliki masa depan yang penuh harapan

Ayat Bacaan: Hakim-Hakim 5:1-31

Sebab Aku ini mengetahui rancangan- rancangan apa yang ada pada- Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN,

yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Yeremia 29:11

 

Mempunyai masa depan yang indah merupakan harapan dan impian setiap kita namun tidak seorangpun yang mengerti akan hari esoknya. Hanya Tuhan yang tahu akan masa depan kita. Tuhan mengerti hari-hari yang kita lalui, dan Dia juga lah yang menentukan masa depan kita. Dalam Yeremia 29:11, dikatakan bahwa Tuhan berjanji akan memberikan masa depan yang indah serta penuh dengan pengharapan. Itu berarti hanya di dalam Yesus, kita memiliki kepastian akan hari esok kita.

Hari esok kita bukanlah ditentukan oleh banyaknya kekayaan yang kita miliki. Meskipun hari ini kita mempunyai banyak uang atau harta, hal itu tidak menjamin bahwa masa depan kita akan tenteram. Banyak orang dunia berpikir demikian. Tetapi perlu diketahui bahwa sebagai manusia, kita bisa saja membuat kesalahan. Entah salah berinvestasi, salah perhitungan, atau salah mengelola keuangan, sehingga apa yang kita punya hari ini pun dapat lenyap. Tetapi kepastian yang sejati hanya ada di dalam Yesus.

Sebaliknya, bila hari ini kita tidak punya apa-apa (uang atau kekayaan) yang bisa menjamin masa depan kita, janganlah takut. Tuhan Yesus lah Penjamin masa depan kita. Asalkan kita beriman dan bekerja dengan rajin, tidak malas, tidak cemas atau ragu-ragu, Tuhan pasti akan menjadikan segala sesuatunya indah pada waktuNya. Mari kita lakukan bagian kita dan tetap bertekun, sehingga kita dapat meraih harapan kita. Yesus tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu menyertai hidup kita dan akan menuntun kita kepada hari esok yang indah.

Bersama Tuhan masa depan yang indah bukan hanya sekadar impian, namun pasti dapat kita alami. Bersyukurlah sebab bersama Tuhan, kita akan menikmati hari esok yang indah. Songsonglah masa depan kita dengan penuh sukacita.

Suka memberi atau menerima?

Baca:  2 Korintus 9:6-15 

"Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  2 Korintus 9:6

Memiliki kasih dan suka memberi adalah karakter yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya.  Jika ada orang Kristen yang tidak punya kasih, pelit dan tidak suka memberi berarti belum melakukan kehendak Tuhan, padahal firmanNya jelas menyatakan,  "Berilah dan kamu akan diberi:  suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38)

     Orang Kristen yang tidak punya kasih dan tidak pernah memberi kepada orang lain tak ada bedanya dengan keberadaan Laut Mati.  Laut Mati adalah danau atau laut yang airnya tidak dapat diminum karena telah terkontaminasi dan berbau busuk. Kandungan garam di Laut Mati sangat tinggi dan bisa dikatakan bahwa Laut Mati adalah salah satu lingkungan yang paling tidak ramah di dunia.  Ikan-ikan tidak dapat bertahan hidup di sana.  Secara geografis Laut Mati dialiri oleh sungai Yordan yang bermuara ke laut ini, namun tidak seperti danau lain, Laut Mati tidak memiliki saluran ke luar;  laut ini hanya terus menampung air sungai sehingga semua air segar yang mengalir ke dalamnhya lambat laun menjadi busuk.

     Itulah gambaran yang tepat mengenai orang yang hidup mementingkan diri sendiri;  orang yang selalu mengharapkan untuk diberi tetapi tidak suka memberi.  Bila kita hanya suka menerima, selalu mengambil tetapi tidak pernah memberi, lama-kelamaan kehidupan kita akan berbau busuk:  masam, egois, tidak menyenangkan dan selalu berpikiran negatif terhadap orang lain.  Itu adalah dampak dari tidak adanya hal yang mengalir keluar dari dirinya.  Dunia berprinsip bahwa untuk menjadi kaya atau cara memperoleh harta adalah dengan menghemat sedemikian rupa dan menerima.  Sedangkan prinsip firman Tuhan adalah kebalikannya.  Di dalam Kerajaan Allah justru orang yang diberkati adalah orang yang menyebar dan menabur hartanya.  Tertulis: "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24) dan "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  (2 Korintus 9:6).  Tuhan menciptakan kita untuk menjadi seperti sungai yang terus-menerus mengalir.
Janji Tuhan itu unik, ia hanya dapat dipahami apabila dipraktekkan.

2 Korintus 9:6-15
9:6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
9:8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
9:9 Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya."
9:10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;
9:11 kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.
9:12 Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.
9:13 Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang,
9:14 sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu.
9:15 Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!

Rabu, 09 Juli 2014

Tetap Semangat

Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia,

yang menjanjikannya, setia.

Ibrani 10:23

Dalam hidup ini, seorang pemenang bukanlah mereka yang tidak pernah mengalami kegagalan, namun hanya mereka yang selalu dapat bertahan serta mampu bangkit saat mengalami kegagalan yang akan mencapai keberhasilan. Begitu pula dalam hidup ini tentunya kita tidak pernah lepas dari tantangan dan persoalan, sehingga terkadang membuat kita menjadi tawar hati. Namun hal ini tidak seharusnya menjadi alasan untuk menyerah, kita harus tetap bertahan untuk mencapai tujuan hidup kita. Saat kita mulai menyerah, ingatlah bahwa kita memiliki Tuhan yang besar yang membuat kita dapat berdiri teguh dan tetap bertahan. Seberat apapun tantangan yang kita alami bersama Tuhan pasti dapat kita tanggung, jadi jangan pernah menjadi pesimis. Tetap bertahan artinya kita tetap dapat bangkit dalam situasi yang sulit, serta tetap maju melakukan bagian kita. Percayalah, kita tidak mungkin akan terpuruk sebab sekalipun jatuh, kita tidak akan sampai tergeletak sebab ada tangan Tuhan yang menopang.

Kita akan dapat bertahan apabila memiliki tujuan yang jelas. Saat memiliki tujuan yang pasti, kita akan dapat bertahan menghadapi tantangan apapun yang terjadi. Jadi hal yang terpenting yaitu kita perlu memiliki tujuan dan arah yang jelas. Kita harus selalu berfokus. Ingatlah bahwa Tuhan selalu menyertai kita. Saat kita mengalami kegagalan, Tuhan ada bagi kita untuk memberikan pertolonganNya. Jadi jangan cemas! Kita harus memiliki keyakinan bahwa Tuhan sudah menyediakan kemenangan bagi kita. Kita tidak boleh mudah patah semangat. Walaupun mungkin hari ini kita gagal, tidak selamanya kita akan gagal, sebab Tuhan menjadikan kita sebagai pemenang. Dia menjadikan kita sebagai kepala dan bukan ekor. Dan ketika Tuhan berjanji pasti, Dia pasti akan menggenapinya dalam hidup kita. Selain itu, setiap tantangan yang kita hadapi tidak pernah melebihi kekuatan yang kita miliki. Kita pasti dapat menanggungnya, oleh sebab itu  kita harus tetap bertahan.

Dalam setiap persoalan, jangan melihat besarnya tantangan, namun pandanglah Tuhan yang besar yang akan memberikan kemenangan bagi kita. Ingatlah bahwa hanya pada saat kita dapat bertahan, kita akan mendapatkan kemenangan dan keberhasilan. Oleh sebab itu, jangan pernah menjadi lemah. Bersama Tuhan kita pasti melakukan perkara yang besar sehingga kita dapat meraih keberhasilan.

Senin, 07 Juli 2014

Serahkan hidupmu kepada Tuhan

Baca: Mazmur 12:1-9
"Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam
dapur peleburan di tanah." Mazmur 12:7
Dalam Ibrani 11:1 dikatakan, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
iman memiliki dua dimensi yaitu dimensi sekarang (masa kini) dan dimensi yang akan
datang. Dimensi sekarang berkenaan dengan kehidupan yang sedang kita jalani dan pergumulkan, serta terlihat secara kasat mata.
Dimensi kedua yaitu dimensi yang akan datang, berkenaan dengan pengharapan kita di dalam Tuhan, arah pandang yang tertuju kepada janji-janji
Tuhan yang saat ini tidak kelihatan dan masih belum terjadi, namun yang kita yakini bahwa pada
saat yang tepat Tuhan pasti menggenapiNya,
sebab janji Tuhan adalah murni.
'Dimensi janji Tuhan' inilah yang seringkali menjadi sebuah pergumulan yang tidak mudah
bagi setiap orang percaya. Ada banyak orang Kristen yang mudah sekali berubah sikap, imannya
melemah dan tidak lagi menaruh pengharapan
penuh kepada Tuhan karena kenyataan yang ada tidak seperti yang diharapkan. Mereka tidak lagi
bersabar menantikan janji Tuhan dan lebih memilih
mengandalkan kekuatan sendiri, lari kepada manusia mencari pertolongan. Waspadalah, Iblis
akan menggunakan celah ini sebagai kesempatan menabaur benih keraguan dan ketidakpercayaan
kepada Tuhan. Alkitab menegaskan: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang
hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia17:5).
Jangan sekali pun ragu terhadap janji Tuhan. Cepat atau lambat janjiNya pasti akan digenapi. Di
tengah situasi-situasi sulit biarlah kita selalu menguatkan iman percaya kepada Tuhan sehingga
kita tetap dapat berkata: "Janji-Mu sangat teruji,
dan hamba-Mu mencintainya." (Mazmur 119:140).
"Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya,
atau berbicara dan tidak menepatinya?" Bilangan 23:19
Mazmur 12:1-8
12:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Yang
kedelapan. Mazmur Daud. (12-2) Tolonglah
kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah
habis, telah lenyap orang-orang yang setia
dari antara anak-anak manusia.
12:2 (12-3) Mereka berkata dusta, yang seorang
kepada yang lain, mereka berkata dengan
bibir yang manis dan hati yang bercabang.
12:3 (12-4) Biarlah TUHAN mengerat segala bibir
yang manis dan setiap lidah yang bercakap
besar,
12:4 (12-5) dari mereka yang berkata: "Dengan
lidah kami, kami menang! Bibir kami
menyokong kami! Siapakah tuan atas kami?"
12:5 (12-6) Oleh karena penindasan terhadap
orang-orang yang lemah, oleh karena
keluhan orang-orang miskin, sekarang juga
Aku bangkit, firman TUHAN; Aku memberi
keselamatan kepada orang yang
menghauskannya.
12:6 (12-7) Janji TUHAN adalah janji yang murni,
bagaikan perak yang teruji, tujuh kali
dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.
12:7 (12-8) Engkau, TUHAN, yang akan
menepatinya, Engkau akan menjaga kami
senantiasa terhadap angkatan ini.
12:8 (12-9) Orang-orang fasik berjalan ke mana-
mana, sementara kebusukan muncul di antara
anak-anak manusia.

Rabu, 02 Juli 2014

Inikah saat untuk berdoa

Inikah Saat untuk Berdoa?
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, Tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6)
Saat menghadapi cobaan, banyak orang sering memutuskan untuk menjadikan doa sebagai usaha terakhir. Ada seorang pria yang sedang
berjuang mati- Saat menghadapi cobaan, banyak orang sering memutuskan untuk menjadikan doa sebagai usaha terakhir. Ada seorang pria yang sedang berjuang mati-matian melawan kanker. Ketika orang-orang melihat kanker itu berangsur-angsur memperburuk tubuh dan gaya hidupnya, seseorang berkata, "Ya, mereka telah mencoba segalanya. Saya kira inilah saatnya untuk mulai berdoa."
Seorang pria lain sedang menghadapi masa-masa yang sangat sulit dalam pekerjaan. Itu merupakan
krisis besar yang sangat berpengaruh terhadap dirinya dan masa depan perusahaannya. Ia tidak
mampu menyelesaikannya. Akhirnya ia berkata, "Saya telah mencoba segala yang saya ketahuin untuk keluar dari situasi ini, tetapi tak ada yang berhasil. Ini saatnya untuk mulai berdoa." melawan kanker. Ketika orang-orang melihat kanker itu berangsur-angsur memperburuk tubuh dan gaya hidupnya, seseorang berkata, "Ya, mereka telah mencoba segalanya. Saya kira inilah saatnya untuk mulai berdoa."
Seorang pria lain sedang menghadapi masa-masa yang sangat sulit dalam pekerjaan. Itu merupakan
krisis besar yang sangat berpengaruh terhadap dirinya dan masa depan perusahaannya. Ia tidak
mampu menyelesaikannya. Akhirnya ia berkata, "Saya telah mencoba segala yang saya ketahuinuntuk keluar dari situasi ini, tetapi tak ada yang
berhasil. Ini saatnya untuk mulai berdoa."
Dalam kedua contoh di atas, doa telah dipandang sebagai jalan keluar terakhir untuk mengatasi
masalah. Hanya setelah pilihan-pilihan lain tersisihkan, maka orang mengambil keputusan untuk berdoa. Doa akhirnya menjadi usaha terakhir
ketika sudah tidak ada jalan lain.
Doa seharusnya merupakan tindakan pertama yang kita lakukan, bukannya tempat pelarian terakhir.
Tuhan menjawab doa, dan Dia ingin agar kita senantiasa datang kepada-Nya dengan membawa
seluruh kebutuhan kita (1Tesalonika 5:17). Alkitab mengatakan kepada kita "janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada
Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur " (Filipi 4:6).
Jadi, jangan menunggu lagi. Setiap waktu adalah saat yang tepat untuk berdoa. DOA HENDAKNYA MERUPAKAN LANGKAH AWAL BUKANNYA TEMPAT PELARIAN TERAKHIR KITA