Search

Minggu, 24 Agustus 2014

Mengasihi Musuh

Bacaan : Matius 5:44

Orang yang bersikap baik kepada kita harus kita perlakukan dengan baik, sedangkan orang yang berbuat jahat dan menganiaya kita patut kita benci dan musuhi.  Inilah sikap yang dimiliki sebagian besar manusia.  Bahkan sekarang ini banyak orang yang bertindak semena-mena terhadap orang lain.  Yang kuat menekan yang lemah, yang kaya menindas yang miskin.  Hanya karena memiliki 'prinsip' berbeda seseorang dimusuhi, diserang, dianiaya, diintimidasi, bahkan dibunuh!

     Prinsip kekristenan berbeda dari prinsip dunia ini.  Firman Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi musuh kita.  Tuhan berkata,  "Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?  Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?  Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada berbuat demikian?" (ayat 46-47).  Tuhan Yesus adalah teladan yang luar biasa bagi kita.  Ia sanggup mengalahkan yang jahat dengan kebaikan;  diejek, diludahi, dimusuhi, dianiaya, bahkan sampai mati di kayu salib, Dia tidak pernah membalas perbuatan jahat mereka, tapi berdoa bagi mereka (Lukas 23:34).  Kejahatan tidak akan dapat ditaklukkan oleh kejahatan, tetapi kebaikanlah yang mampu mengalahkan kejahatan!  Mungkin kita berkata,  "Saya adalah manusia biasa, mustahil bisa mengasihi musuh."  Alkitab menambahkan: "...haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."  (Matius 5:48).  Mustahilkah?  Tentu tidak, karena status kita adalah anak-anak Allah, mewarisi sifat dan karakterNya.  Dikatakan,  "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  (1 Yohanes 4:8).  Pastilah Allah tidak pernah memberi perintah yang mustahil untuk kita lakukan.

     Menjadi sempurna bukan tergantung pada usaha kita, tetapi tergantung pada siapakah kita, asalkan kita terus bertumbuh di dalam Dia.  Mengasihi musuh adalah bentuk dari penyangkalan diri.  Ini adalah salah satu ujian untuk membuktikan status kita sebagai anak Allah,  "...dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga," (Matius 5:45).
Tuhan menghendaki kita memiliki hidup yang berbeda dari dunia, untuk itulah kita dipanggil supaya hidup kita menjadi berkat, salah satunya adalah mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka!

Senin, 18 Agustus 2014

Dewasa Rohani

Ketika seseorang merayakan hari ulang tahun, orang-orang terdekatnya pasti memberikan ucapan selamat, baik itu melalui kartu ucapan, sms atau memberikan ucapan selamat langsung:  "Selamat ulang tahun ya, semoga semakin dewasa, semakin sukses dan semakin diberkati Tuhan."  Kira-kira itulah ucapannya.  Dengan bertambahnya usia seseorang diharapkan semakin dewasa pula ia.  Dan semua orang pasti berharap hidupnya mengalami peningkatan demi peningkatan dalam segala hal:  hidup makin diberkati, karir makin naik, pelayanan makin maju dan makin dipakai Tuhan, serta makin dewasa secara rohani.

     Sesungguhnya inilah rencana Tuhan bagi kehidupan orang percaya: "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,"  (Ulangan 28:13).  Hidup Samuel mengalami peningkatan demi peningkatan.  Dikatakan:  "Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia."  Samuel mengalami pertumbuhan iman yang luar biasa dan makin dewasa rohani.  Kedewasaan rohani seseorang seharusnya adalah kedewasaan penuh, artinya ia dewasa di hadapan Tuhan dan juga di hadapan manusia.  Ada pun kedewasaan seseorang tidak tergantung pada usia atau berapa tahun dia menjadi Kristen.  Mungkin saja seseorang dewasa secara umur, tapi belum tentu ia dewasa secara rohani.

     Kedewasaan rohani seseorang berbicara tentang karakter dan buah-buah Roh yang dihasilkan dalam hidupnya.  Orang yang dewasa rohani memahami kehendak dan rencana Tuhan dalam hidupnya, serta menyadari bahwa jalan-jalan Tuhan bukanlah jalannya, waktu Tuhan bukanlah waktunya.  Oleh karena itu ia percaya bahwa Tuhan  "...membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkotbah 3:11), sehingga ia pun mampu memandang segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan, bukan dari sudut pandang manusia.  Dampaknya:  selalu ada ucapan syukur, tidak mudah mengomel dan mengeluh meski harus melewati berbagai persoalan, karena dia tahu bahwa Tuhan memegang kendali seluruh hidupnya.
Ketika seseorang berada dalam tahap dewasa rohani, ia layak menerima janji-janji Tuhan dalam hidupnya!

Kamis, 07 Agustus 2014

Milikilah Rasa Cukup

Baca:  Ibrani 13:5-8

"Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu."  Ibrani 13:5

Uang tidaklah jahat, tapi cinta terhadap uanglah yang jahat.  Karena cinta uang banyak orang menjadi  'gelap mata'  dan menyimpang dari kebenaran.  Mereka rela melakukan apa saja demi uang, bahkan berani menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, tidak peduli apakah itu mengorbankan orang lain atau melanggar hukum.

     Memang harus diakui bahwa uang itu penting bagi kehidupan kita, tapi uang bukanlah segala-galanya karena banyak hal di dalam kehidupan ini yang tidak dapat diukur, dibeli dan digantikan oleh uang.  Apakah uang bisa membeli sukacita, bahagia, ketenangan, apalagi keselamatan jiwa?  Tentu tidak!  Salomo, yang meskipun memiliki kekayaan yang melimpah, bahkan dikatakan bahwa  "Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat."  (1 Raja-Raja 10:23), mengakui bahwa berlimpahnya materi ternyata tidak menjamin kebahagiaan seseorang.  Salomo berkata,  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia."  (Pengkotbah 5:9).  Ketidakpuasan ini bersumber dari cinta uang dan hati yang terfokus pada kekayaan semata.  "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Karena cinta uang dan hati yang melekat kepada kekayaan, seseorang tidak pernah merasa cukup, sebaliknya selalu merasa kurang dan kurang.  Sebanyak apa pun uang dan kekayaan yang dimiliki tidak serta merta membuat orang merasa puas dan cukup.

     Rasa puas dan rasa cukup berbicara soal hati.  Bila hati kita dipenuhi ucapan syukur maka di segala keadaan kita pasti bisa berkata cukup.  Cukup tidak berarti kita berhenti bekerja dan berusaha, malah berpuas diri.  Kita bisa berkata cukup bila kita melihat dan menikmati apa yang telah kita terima dan dapatkan, bukan pada apa yang belum kita peroleh.  Rasul Paulus menasihati kita,  "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."  (1 Tesalonika 5:18).

"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  Lukas 12:15

Minggu, 03 Agustus 2014

Mengambil Keputusan

Ayat Bacaan: Filipi 2:1-11

Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.
Amsal 13:13
Pada tahun 1961, Jerry Richardson menghadapi sebuah keputusan penting. Sebagai seorang penerima bola dari regu sepak bola gaya Amerika, Baltimore Colts, ia mempunyai pekerjaan yang dapat dikatakan gemerlap dan aman. Tetapi ketika permohononannya untuk naik gaji ditolak, ia merasa sudah tiba waktunya untuk menanggung resiko melakukan hal yang selalu ingin dilakukannya – ia ingin memulai bisnisnya sendiri. Akhirnya Jerry Richardson dan keluarganya pindah ke Carolina Selatan, dan di sana ia memulai bisnis yang baru dengan membeli waralaba (franchise) pertama dari Hardee.

Jerry beralih dari menangkap bola ke membolak-balik hamburger selama dua belas jam sehari. Setelah berjam-jam, ia membersihkan kompor dan mengepel lantai. Hasilnya: $ 417 sebulan. Sebagian orang akan berpikir, sudah waktunya untuk menyerah. Namun Jerry tetap maju dan pantang menyerah. Hingga akhirnya Jerry Richardson memimpin salah satu perusahaan jasa boga terbesar di Amerika. Dari kisah ini kita melihat bahwa Jerry Richardson telah berani mengambil suatu keputusan yang penting dalam hidupnya. Dan saat ia menerima resiko dari apa yang diputuskan, Jerry tetap maju dan tidak menyerah, yang akhirnya membuat ia sukses.

Begitu pula dalam hidup ini, saat setiap hari kita diperhadapkan dengan berbagai keputusan, kita harus menjadi bijak dalam mengambil setiap pilihan. Karena keputusan kita hari ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kita di masa yang akan datang. Sebab itu perhatikan dan berhati-hatilah dengan setiap keputusan, supaya kita tidak menyesal dengan keputusan yang telah diambil. Pastikan juga bahwa keputusan kita menghasilkan sesuatu yang positif dan bukan hal yang fatal. Karena itu mintalah supaya Roh KudusNya membimbing, serta memberikan hikmat kita dalam mengambil keputusan. Temukanlah hikmat Tuhan melalui pembacaan Firman Tuhan.

Yang berikutnya, serahkanlah setiap keputusan hanya kepada Tuhan sebab rencanaNya itu yang terbaik buat kita. Ijinkan supaya hanya kehendakNya saja yang terjadi dalam diri kita. Walau memang jalan Tuhan itu berbeda dengan jalan kita, namun Ia tahu hal terbaik bagi kita. Maka dari itu taatlah selalu dengan keputusan Tuhan supaya kita dapat masuk dalam rencanaNya. (J)

Hidup memang selalu diwarnai dengan keputusan, namun pastikan bahwa setiap kita selalu dapat mengambil keputusan yang tepat.

Sabtu, 02 Agustus 2014

Bertindak Dengan Iman

Baca: Matius 14:22-33

"Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak:  'Tuhan, tolonglah aku!' "  Matius 14:30 
Mula-mula Petrus tidak melihat atau merasakan bahwa ada angin yang bertiup kencang serta gelombang yang besar menerpanya karena fokusnya saat itu adalah Tuhan Yesus, sehingga dia pun bertindak dengan iman berjalan di atas air.  Tetapi setelah memperhatikan keadaan di sekelilingnya Petrus mulai diliputi keragu-raguan, hatinya goyah dan mulailah ia tenggelam.

     Apabila kita memandang kepada Tuhan Yesus dan bertindak dengan iman melakukan suatu perkara, pasti kita berhasil. Tetapi apabila pertimbangan kita secara akal mulai bekerja pastilah kita akan gagal dan 'tenggelam'.  Jika kita memandang kepada Tuhan kita Yesus Kristus, kita tak usah memikirkan bagaimana caranya Ia menyelesaikan masalah kita.  Tak usah kita mengerti, yang penting percaya saja dan beriman.  Apabila kita mulai memikirkan angin dan gelombang yaitu keadaan di sekeliling kita, mulailah kita tenggelam, dan kita tak lagi dapat mengenali Tuhan Yesus.  Kemudian datanglah teguran,"Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"  (Matius 14:31b).  Apa pun keadaan yang menimpa kita biarlah terjadi seperti apa adanya, yang terpenting adalah tetap mengarahkan mata kepada Tuhan Yesus saja dan belajar bergantung kepadaNya sepenuhnya, maka Dia sanggup menyelesaikan segala persoalan kita.  Tuhan berkata,"Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit?  Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.  Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.  Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit:."  (Matius 10:29-31).

     Renungkanlah ini:  burung pipit saja tak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapa, masakan Dia membiarkan kita tenggelam dan mati dalam persoalan kita?  Jadi jangan takut dan panik! "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:7).  Yang membuat persoalan semakin berat dan besar adalah perasaan kita yang takut itu.  Kalau saja kita dapat tenang menghadapinya pastilah kita mampu melewatinya karena Tuhan pasti memberikan pertolongan kepada kita.

Yesaya 30:15 mengatakan, "...dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."

Matius 14:22-33
14:22 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.
14:23 Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.
14:24 Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal.
14:25 Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.
14:26 Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut.
14:27 Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
14:28 Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air."
14:29 Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.
14:30 Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!"
14:31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"
14:32 Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah.
14:33 Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah."