Search

Minggu, 28 Desember 2014

Tuhan mengasihi orang berdosa

"Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya, -dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerjaan,"  Wahyu 1:5b-6a

Alkitab menyatakan semua manusia berdosa.  Siapa pun dan apa pun warna kulit kita, tanpa terkecuali,  "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak."  (Roma 3:10);  semua telah kehilangan kemuliaan Allah.  Pemazmur menegaskan bahwa di antara yang hidup tidak seorang pun yang benar di hadapan Allah  (baca  Mazmur 143:2).  Namun kita patut bersyukur karena Yesus berkata,  "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."  (Matius 9:13).

     Apa yang diperbuat Yesus terhadap kita orang yang berdosa?  Pertama,  Tuhan Yesus mengasihi kita.  Dikatakan,  "Bagi Dia, yang mengasihi kita..."  Kita tidak perlu mengerjakan sesuatu terlebih dahulu untuk menarik kasihNya karena Ia adalah kasih.  "Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."  (Roma 5:8).  Ia mengasihi kita apa adanya, kasih yang tak bersyarat dan berisikan pengorbanan.  Dan kematian Kristus di Kalvari adalah bukti nyata bahwa Ia rela mati untuk menebus dosa-dosa kita.  Kedua,  Tuhan Yesus melepaskan kita dari dosa oleh darahNya.  Tertulis:  "...yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya."  Arti kata melepaskan di sini adalah menyucikan.  Dalam Yesaya 1:18 dinyatakan bahwa  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju;  sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  Tuhan Yesus melepaskan kita dari dosa dengan jalan memberikan diriNya sendiri melalui cucuran darahNya  (baca  1 Petrus 1:18-19).  Ketiga,  Tuhan  Yesus mengangkat kita keluar dari dosa kita,  "dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya,;"  (Wahyu 1:6)  Melalui karya kudusNya di atas kayu slaib kita tidak hanya dipulihkan, tapi status kita juga diubahkan, dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran.  Kita dibawa dari hidup dalam dosa ke suatu dimensi hidup yang baru yaitu hidup dalam kebenaran.  Tidak hanya itu,  "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak;  jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:7).  Ada pun dampak dari semua ini sungguh luar biasa, di mana kita berhak mengalami dan menikmati berkat-berkat rohani di dalam sorga  (baca  Efesus 1:-3).

Tanpa pengorbanan Kristus di kayu salib, kita semua tidak memiliki masa depan dan pengharapan!

Minggu, 14 Desember 2014

Awali dan akhiri harimu dengan Yesus


Bahan renungan:
Mazmur 119:148 Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan janji-Mu.
Saya heran dengan orang yang mempunyai kebiasan bangun tidur mengambil handphone atau koran dan kemudian membaca dan membahas
berita buruk yang terjadi dengan orang tua atau pasangannya. Tidak heran jika sepanjang hari, pikirannya terganggu.
Teman, awali hari Anda dengan Yesus. Pastikan setiap kali Anda bangun tidur, Anda menyadari bahwa hari itu Yesus selalu ada bersama Anda,
tidak peduli apa pun kondisi yang sedang Anda hadapi. Saya tidak katakan membaca berita tidak penting. Tapi dibandingkan membaca berita mengenai pembunuhan, pencurian, kecelakaan, dan sakit penyakit untuk mengawali hari, lebih baik Anda merenungkan kebenaran Firman Tuhan. Begitu juga saat Anda tidur. Jangan menutup hari Anda dengan membaca atau mengingat hal-hal yang buruk. Firman Tuhan katakan dalam Filipi 4:8, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Pikirkanlah tentang betapa baiknya Tuhan, sehingga Anda dapat tidur dengan hati yang damai dan penuh
syukur, bukan kekuatiran atau ketakutan.

Jumat, 12 Desember 2014

ROH yang memimpin kita pada Ketaatan

Sebagai manusia kita memiliki kecenderungan untuk hidup menuruti keinginan daging daripada tunduk kepada Tuhan dan hidup dipimpin oleh
Roh. Ada tertulis: "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
Memang tidak mudah menjauh dari dosa dan melepaskan diri dari ikatan dosa yang selama ini membelenggu hidup. Tanpa adanya pertobatan
sejati kita akan selalu ada dalam jerat Iblis. Sia-sia saja membanggakan diri karena status kita sebagai orang Kristen atau anak Tuhan padahal cara hidup kita sama dengan orang-orang dunia
yang belum diselamatkan, sebab firmanNya dengan tegas menyatakan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Kita harus memiliki
kualitas hidup yang berbeda sebagai ciri khas yang membedakan kita dengan orang dunia. Kita harus bisa menjadi saksi Kristus, hidup seperti surat
terbuka yang bisa dibaca oleh semua orang, sebab dunia membutuhkan bukti. Tuhan menuntut kita untuk menghasilkan buah-buah roh (Galatia
5:22-23) . Dan kita hanya bisa berbuah jika kita tinggal di dalam Tuhan dan Dia di dalam kita (baca Yohanes 15:5) . Tinggal dalam Tuhan artinya selalu dekat denganNya serta taat
melakukan kehendakNya, sehingga Tuhan akan bekerja dalam hidup kita melalui karya Roh Kudus yang akan memimpin kita pada ketaatan: "...Roh
Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;" (Yohanes 16:13a).
Kadangkala kita ingin melepaskan diri dari perbuatan daging yang menyesatkan, tapi Iblis yang penuh tipu muslihat tidak menyerah begitu saja. Iblis selalu berusaha melemahkan iman
anak-anak Tuhan sehingga banyak dari kita yang masih saja jatuh dalam dosa yang sama dengan melakukan penyembahan berhala, hidup dalam
perzinahan, pesta pora dan hawa nafsu, yang tanpa kita sadari telah mengotori Bait Roh Kudus yang ada di dalam kita (baca 1 Korintus 6:19-20) .
Untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus kita memerlukan Tuhan untuk mengubah hati kita.
"Kamu akan kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat." Yehezkiel 36:26.

Selasa, 09 Desember 2014

Apa Arti Natal Sesungguhnya

Arti Natal sesungguhnya?

Beberapa hari ini, pikiranku terbawa dalam perenungan. Entah kenapa, ingin rasanya aku merenungkan kembali arti dari kisah Natal.

Aku lupa kapan aku mulai mengenal kisah Natal. Mungkin ketika di sekolah. Aku mengetahui begitu banyak cerita Alkitab di sekolah, karena kebetulan aku sekolah di salah satu sekolah Kristen. Saat itu, buatku, tidak ada yang istimewa di hari Natal.

Aku juga lupa kapan aku mulai mengerti makna Natal. Aku pun tidak ingat kapan terakhir kali aku menikmati Natal yang sesungguhnya. Natal yang dirayakan dengan seharusnya.

Natal buatku sudah menjadi satu rutinitas menjelang akhir tahun. 24 Desember ada ibadah malam Natal, 25 Desember ada ibadah Natal. Ketika masih aktif di gereja, Natal adalah salah satu momen yang sangat sibuk. Aku ikut menyanyi di paduan suara dengan tugas untuk mengisi acara Natal. 6 bulan sebelum Natal kami sudah mulai latihan. Mendekati acaranya, latihan ini makin sering dan intensif. Menjelang Natal ada gladi kotor dan gladi resik. Pada hari H, aku tidak bisa menikmati kebaktian, karena terlalu sibuk dengan persiapan dengan teman-teman yang lain. Setelah pelayanan, apa yang kudapat? Tak ada yang bisa kuingat. Begitu pula di kampus. Aku sibuk dengan segala aktifitas Natal. Sibuk persiapan, sibuk ini, sibuk itu.

Natal terbaik seperti apa yang pernah kumiliki? Aku tidak ingat.

Namun, bukankah seharusnya setiap momen Natal adalah momen yang spesial?

Ketika merenungkan hal ini, dan ketika mengingat Natal yang sudah lewat… apa yang aku ingat? Ternyata yang aku ingat hanya kesibukan demi kesibukan.

Akan tetapi, yang kini menjadi pertanyaan untuk diriku sendiri adalah: “Apa makna Natal yang sesungguhnya untuk aku? Apakah aku masih ingat arti sesungguhnya dari Natal? Mengapa aku datang ke gereja setiap hari Natal? Apakah aku masih ingat mengapa Tuhan datang ke dunia? Apakah aku masih meragukan kasih-Nya yang begitu besar?”

Aku berharap tahun ini aku dapat kembali mengingat arti Natal yang sesungguhnya. Natal yang merupakan wujud nyata kasih Allah kepada setiap umat manusia. Kasih yang mau berkorban. Allah yang kudus, yang Mahakuasa, datang menjadi seorang bayi yang lemah, tidak berdaya. Aku berharap aku dapat melewati Natal kali ini dengan hati yang kembali mengingat kasih Allah yang tiada terkira. Bayi Yesus yang lahir, untukku, manusia yang berdosa.

Natal seharusnya menjadi momen untuk menyegarkan kembali pikiran kita akan kasih Allah. Natal pertama tidak identik dengan pesta, perayaan, kado, dan kue. Natal pertama identik dengan kandang, palungan, dan gembala. Aku mau mengingat kembali arti Natal yang sesungguhnya. Natal pertama, Natal di Betlehem, Natal di sebuah kandang. Aku mau kembali menghayati Natal yang sesungguhnya.

Apakah arti Natal bagimu? Renungkan itu dan temukan kembali arti Natal yang sesungguhnya. Arti yang ditemukan di dalam diri Yesus, sang Juruselamat dunia yang turun dari sorga ke dunia untuk menyelamatkan manusia yang berdosa.

“Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Lukas 2:10-12).