Search

Selasa, 29 Juli 2014

Hidup dalam Pembentukan

Baca:  Yeremia 18:1-17

"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."  Yeremia 18:4

Kehidupan seorang Kristen adalah kehidupan yang berproses, artinya kita harus mengalami pembentukan dari Tuhan.  Seperti tanah liat yang berada di tangan tukang periuk, sebelum menjadi sebuah bejana yang indah dan bernilai tinggi, tanah itu harus diproses berulang-ulang sampai menjadi apa yang diinginkan oleh si penjunan.

     Jika memperhatikan kehidupan orang-orang di dunia ini, sebagian besar hanya fokus atau berorientasi kepada hasil saja:  berharap menjadi orang yang berhasil atau sukses seperti orang lain, tapi tidak mau bekerja keras;  ingin memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, tapi tidak peduli bagaimana cara harta itu diperoleh, bahkan segala cara ditempuhnya tanpa mempedulikan apakah cara itu benar, halal, haram atau melanggar hukum;  karena ingin menduduki jabatan yang lebih tinggi, seseorang rela menempuh jalan yang sesat, melakukan suap atau mencari pertolongan kepada paranormal.  Ada pula yang 'hantam kromo' demi mendapatkan jodoh atau pasangan hidup, padahal ternyata pasangannya itu sudah beristeri, tidak seiman dan sebagainya.  Segala cara ditempuh oleh orang-orang yang ingin mendapatkan segala sesuatu secara cepat tanpa harus mengalami proses.  Berhati-hatilah!  Ketika seseorang menempuh cara yang tidak berkenan kepada Tuhan, apalagi sampai datang meminta pertolongan kepada Iblis atau kuasa gelap, kelihatannya pertolongan itu cepat datang, tapi Iblis tidak pernah memberikannya dengan gratis, ada harga yang harus dibayar oleh orang itu!

     Dalam kehidupan orang percaya ada berkat, pertolongan dan mujizat yang secara pasti disediakan Tuhan bagi kita ketika kita mengikuti aturan-aturan yang ditentukan Tuhan untuk kita kerjakan.  Inilah yang disebut proses!  Tertulis:  "Tetapi carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).  Artinya jika kita mampu melewati proses yang Tuhan kehendaki dengan benar, berkat-berkat itu telah tersedia bagi kita.  Yang pasti semua janji Tuhan adalahya dan amin;  Dia tidak akan pernah mengecewakan umatNya!  Pertanyaannya:  sudahkah kita berhasil melewati proses yang ditentukan itu?  

"Sungguh, seperti tanah tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!"  Yeremia 18:6b

Seringkali kita tidak mau mengalami proses yang ditentukan Tuhan bagi kita, yang kita pikirkan hanyalah bagimana mendapatkan berkat dan pertolongan Tuhan, sehingga ketika proses itu terjadi kita cenderung memberontak dan menyalahkan Tuhan;  kita tidak tekun dan tidak setia menjalani proses tersebut.  Mari renungkan ini: "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga ia menyesal.  Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19).

     Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak pernah ingkar janji.  Dia senantiasa menepati apa yang dijanjikanNya dan Dia Tuhan yang tidak pernah berhutang terhadap siapa pun yang mengasihinya.  Maka dari itu kita harus percaya bahwa Tuhan pasti sanggup menolong kita, sebesar apa pun persoalan yang kita alami.  Akan tetapi yang Tuhan kehendaki adalah kita harus mengikuti jalan-jalanNya, kita harus siap diproses dan dibentuk olehNya.  Kita pun harus setia mulai dari perkara-perkara kecil terlebih dahulu, sebab jika kita setia dalam perkara kecil Tuhan akan mempercayakan perkara besar kepada kita.

     Mari pelajari contoh kasus ini:  Adalah pekerjaan yang mudah bagi Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir.  Tapi mengapa sepertinya selalu dipersulit oleh Firaun?  Firaun bukanlah apa-apa di hadapan Tuhan.  Sekeras apa pun ia Tuhan selalu punya cara yang ajaib untuk menolong dan membela umat Israel.  Ketika bangsa Israel dikejar oleh pasukan tentara Mesir Tuhan pun bertindak menyatakan kuasaNya: "Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering;  sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka."  (Keluaran 14:22) dan orang-orang Mesir pun dicampakkan Tuhan ke tengah-tengah laut Teberau.  Hal ini menunjukkan betapa mudahnya tangan Tuhan memberikan pertolongan dan menyatakan mujizatNya.  Namun perhatikanlah betapa Tuhan memerlukan waktu selama 40 tahun untuk memproses dan membentuk bangsa Israel, sampai-sampai Ia sendiri menyebut bangsa Israel sebagai bangsa yang tegar tengkuk  (baca Keluaran 32:9).
Fokus bangsa Israel hanya pada berkat dan mujizat tapi menolak diproses oleh Tuhan, akibatnya mereka harus mengalami proses itu dalam waktu yang sangat lama!

Kamis, 24 Juli 2014

Jangan khawatir, Tuhan memelihara hidup kita

Baca:  Lukas 12:22-31

Siapa pun orangnya, entah itu pria atau wanita, tua atau muda, orang kaya atau miskin, orang berpangkat atau pegawai rendahan, tinggal di kota, desa, di lereng gunung atau di daerah pelosok, semuanya pasti pernah merasa kuatir.  Adalah bohong jika ada orang yang berkata,  "Seumur hidup aku tidak pernah kuatir.",  karena rasa kuatir adalah bagian dari kehidupan manusia.  Merasa kuatir itu wajar, tapi kita tidak boleh larut dalam kekuatiran setiap hari atau keterusan hidup dalam kekuatiran.

     Lalu bagaimana caranya untuk tidak larut dalam kekuatiran?  Caranya ialah membangun kekariban dengan Tuhan setiap hari, karena kehadiranNya melenyapkan kekuatiran dan membuat damai sejahtera.  Maka dari ini "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:70).  Bila kita tetap larut dalam kekuatiran, hal itu akan merugikan diri kita sendiri.  Kita tidak akan bertumbuh dan maju, bahkan keadaan kita akan semakin buruk.  Ketika seseorang terus dalam kekuatiran, dalam hidupnya pasti tidak ada ucapan syukur, yang ada hanya keluh kesah dan persungutan.  Maka supaya kekuatiran itu lenyap, kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus dan percaya kepadaNya dengan sepenuh hati.  Jangan terpaku, yang meski secara kasat mata di perhadapkan pada ujian, kesesakan, penderitaan, aniaya dan sebagainya, tidak larut dalam kekuatiran:  "-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-"  (2 Korintus 5:7).  Perhatikan juga riwayat perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian.  Meski harus melewati padang gurun yang gersang dan panas selama 40 tahun, mereka tidak pernah berkekurangan.  Tuhan memelihara mereka dengan caraNya yang ajaib:  tiang awan dan tiang api senantiasa menaungi mereka, ketika haus Tuhan menyediakan air, ketika lapar Dia mengirimkan manna (roti sorga) dan juga burung puyuh.

     Mungkin saat ini kita sedang mengalami seperti yang dialami oleh bangsa Israel yaitu berada di 'padang gurun'.  Ingatlah, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita!  Jangan lagi kuatir!  Yang terpenting,  "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).
Ketika mengutamakan Tuhan dan kebenarannya, tidak ada hal yang perlu kita kuatirkan!

Selasa, 22 Juli 2014

Jangan menilai orang dari penampilan

Baca:  Matius 7:1-5 

"Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." Matius 7:2
Adalah hal yang wajar jika manusia menilai sesamanya berdasarkan penampilan luarnya atau apa yang terlihat oleh mata, sampai-sampai ada istilah cinta pada pandangan pertama:  ketertarikan terhadap seseorang saat pertama jumpa yang pastilah didasari oleh penilaian dari penampilan luar.  Acapkali penampilan seseorang adalah cerminan dari pribadi atau keadaan orang yang bersangkutan.  Semisal saat ia sedang gembira, sedih, semangat, frustasi atau putus asa pasti akan terlihat dari penampilannya.  Kadangkala dari sorotan mata saja seseorang bisa dinilai, apakah ia orang yang sombong atau punya niat yang tidak baik seperti tertulis:  "Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa."  (2 Petrus 2:14a).  Atau mungkin kita berkata,  "Ah, aku tidak suka dengan orang itu, dari raut mukanya saja sudah terlihat kalau dia itu judes atau jahat."  Singkat kata, kita begitu gampangnya menilai atau mengomentari seseorang seperti layaknya kita menilai sebuah buku berdasarkan sampul atau cover-nya.

     Penilaian kita terhadap seseorang bisa saja salah.  Maka dari itu firman Tuhan melarang kita untuk menghakimi atau mengukur orang lain dengan ukuran kita, apalagi berdasarkan penampilan luarnya.  Yang berhak menilai manusia itu Tuhan, bukan sesamanya, karena ukuran kita menilai orang berbeda dengan penilaian Tuhan. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;  manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b).  Dalam kotbahnya Tuhan Yesus menasihati agar kita tidak terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang lahiriah (penampilan luar).  Berkenan dengan hal ini Tuhan Yesus menegur keras orang-orang Farisi, "...sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran... di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."  (Matius 23:27:28).  Ternyata penampilan luar seringkali menipu!

     Memang kita tidak boleh meremehkan penampilan, namun itu bukan yang utama.  Alkitab dengan tegas melarang kita untuk menilai, menghakimi atau mengukur seseorang berdasarkan penampilan luarnya.  Yang berhak menilai seseorang adalah Tuhan, bukan kita.Tugas kita adalah mengasihi dan memberkati sesama kita!

Sabtu, 19 Juli 2014

Mengenal Tuhan dengan benar

Baca:  Yohanes 17:1-5

"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."  Yohanes 17:3

Kata mengenal bukan sekedar kita tahu siapa Tuhan kita.  Mengenal merupakan suatu hubungan yang intim dan benar dengan Tuhan, yang secara otomatis disertai dengan pengalaman pribadi yang menghasilkan buah.

     Buah yang dimaksudkan adalah buah pertobatan.  "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Jika seseorang berkata bahwa ia sudah mengenal Tuhan tetapi tidak ada buah pertobatan yang dihasilkan sebagai bukti pengenalannya, maka dapat dikatakan bahwa ia belum mengenal Tuhan;  dan orang yang belum mengenal Tuhan berarti belum diselamatkan.   Sampai berapa lama kita harus memiliki pengenalan akan Tuhan hingga kita beroleh hidup yang kekal?  Sampai selama-lamanya.  Artinya suatu tindakan yang harus kita lakukan secara terus-menerus, sebab hidup kekal itu bukan sekedar berbicara tentang Kerajaan Sorga, tetapi suatu hubungan yang karib dengan Tuhan sampai selama-lamanya.  Sudahkah kita memiliki keintiman dengan Tuhan secara pribadi?  Semua orang bisa saja berkata bahwa ia telah mengenal Tuhan, namun hal itu tidak menjamin bahwa mereka sudah dikenal oleh Tuhan.  Dikatakan,:  "Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah."  (1 Korintus 8:3).  Jangan sampai kita menjadi orang Kristen selama bertahun-tahun tapi pada akhirnya Tuhan berkata,  "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"  (Matius 7:23).  Jadi Saudaraku, kita bisa mengasihi Tuhan jika kita memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan.

     Mari kita ingat bahwa kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik yang kita perbuat, tetapi karena kasih karunia, melalui iman kita  (baca  Efesus 2:8-9), di mana iman itu datang dari pengenalan akan Tuhan secara benar, melalui firmanNya.  Adapun iman yang benar mempunyai dua unsur:  percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan percaya kepadaNya sebagai Juruselamat.  "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan."  (Roma 10:9).

Percaya kepada Yesus sebagai Tuhan berarti harus percaya karya penebusanNya.

Jumat, 18 Juli 2014

Janji TUHAN tidak mengecewakan

 Ayat Bacaan: Hakim-Hakim 6:1-40

Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji,

tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.

Mazmur 12:7

Dalam Firman Tuhan banyak tercatat janji Tuhan yang dapat menyertai di sepanjang perjalanan hidup kita, sebab janji Tuhan itu berkuasa. Dikatakan bahwa janji Tuhan adalah janji yang murni, yang tidak pernah lapuk oleh apapun, sehingga benar-benar teruji. Namun terkadang situasi yang terjadi seringkali membuat kita bimbang terhadap janji Tuhan. Ketika kita mulai ragu, kita harus kembali bangkit dan menguatkan iman percaya kita bahwa Tuhan tidak mungkin berdusta terhadap janjiNya. Dia adalah Tuhan yang selalu menggenapi perjanjianNya. Dalam 2 Petrus dikatakan bahwa Tuhan tidak pernah lalai dalam menggenapi janjiNya, sekalipun kita menganggapnya sebagai suatu kelalaian. Memang sebagai manusia, kita selalu menginginkan yang serba cepat, namun Tuhan memiliki waktu yang khusus bagi setiap kita. Jika saat ini kita masih belum melihat penggenapan janji Tuhan, bersabarlah dan ingatlah bahwa Tuhan selalu menggenapi janjiNya. Dia ingin kita memiliki ketekunan dan belajar untuk tetap percaya. Kita perlu mempercayai janji Tuhan sebab Tuhan akan membuat segalanya indah pada waktuNya.. Dalam segalanya, Tuhan tidak pernah terburu-buru ataupun terlambat.

Saat kita mengalami persoalan hidup, kita harus belajar percaya kepada janji Tuhan. Berpeganglah kepada janji Tuhan bahwa Dia tidak akan pernah memberikan pencobaan yang melebihi kekuatan kita. Ia bahkan akan memberikan pertolonganNya bagi kita. Dalam setiap persoalan yang terjadi, yakinlah bahwa Tuhan akan membukakan jalan untuk setiap masalah kita. Janji Tuhan tidak pernah berubah oleh apapun juga.

Pada waktu kita berharap pada janji Tuhan, iman kita akan senantiasa dikuatkan. Kita tidak akan menjadi takut, sebab janji Tuhan adalah jaminan dan kepastian bagi kita. Biarlah setiap kita boleh senantiasa hidup dalam janji Tuhan, sebab di dalamnya ada kepastian. Ketika kita mulai ragu terhadap janji Tuhan, hendaklah kita menguatkan iman kita, dan kembali berharap serta sabar menunggu janji Tuhan. Saat kita percaya, maka kita tidak akan dikecewakan. Kita akan mendapatkan penggenapan janji Tuhan. Ketika manusia mengecewakan kita karena tidak menepati janjinya, ingatlah bahwa Tuhan tidak dapat mengingkari janjiNya sebab Ia adalah Tuhan yang setia. Hanya janji Tuhan yang dapat diandalkan. Amin.

Kamis, 17 Juli 2014

Dalam Yesus Harapan tidak mengecewakan

Baca:  Roma 8:18-25

"Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun."  Roma 8:25
Banyak orang tidak dapat menerima keadaan yang tidak menyenangkan dalam hidupnya.  Mereka mulai marah-marah, memberontak dan menyalahkan Tuhan atas apa yang dialami.  Hal ini berlanjut pada tindakan dan tekad keluar dari permasalahan yang ada, apa pun caranya, tidak peduli apakah jalan yang ditempuhnya nanti berujung pada kesia-siaan, seperti tertulis: "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 14:12).  Mereka mengira bahwa jalan yang ditempuhnya itu sudah benar dan pasti akan memberikan jalan keluar.  Alkitab menegaskan,  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!"  (Yeremia 17:5).  Sekuat dan sehebat apa pun manusia, kemampuan dan kekuatannya ada batasnya.  Tapi jika kita mau menyikapi setiap permasalahan yang ada dengan tetap berharap pada kuasa Tuhan, tidak ada yang perlu diragukan lagi seperti pengakuan Daud,  "Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi."  (Mazmur 121:2).

     Penderitaan dan hal-hal yang tidak mengenakkan diibaratkan orang yang sedang sakit bersalin dan menantikan bayinya segera lahir;  harus ada perjuangan dan ketekunan dalam menanti sesuatu yang kita harapkan itu, sebab jika kita tekun iman kita akan kuat dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh keadaan apa pun, sehingga pengharapan kita di dalam Tuhan tidak mengecewakan.  Seringkali ketika pergumulan terasa berat dan sepertinya tidak ada jalan keluar kita mulai membuat perhitungan dengan Tuhan.  Kita berkata,  "Aku sudah mengikut Tuhan selama bertahun-tahun;  aku sudah terlibat dalam pelayanan dan banyak berkorban harta untuk membantu pekerjaan Tuhan, tapi mengapa Tuhan seakan tidak adil padaku?"

     Setiap kita pasti selalu berharap bahwa perjalanan hidup kita baik-baik saja tanpa hambatan yang merintangi.  Demikian pun Tuhan selalu ingin kita menjadi kuat seperti rajawali, yang meskipun harus melewati badai tetap mampu terbang tinggi.

Tuhan tidak pernah membiarkan kita bergumul seorang diri, Dia sangat peduli dan sanggup memberikan pengharapan yang pasti dan tidak pernah mengecewakan!

Jumat, 11 Juli 2014

Memiliki masa depan yang penuh harapan

Ayat Bacaan: Hakim-Hakim 5:1-31

Sebab Aku ini mengetahui rancangan- rancangan apa yang ada pada- Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN,

yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Yeremia 29:11

 

Mempunyai masa depan yang indah merupakan harapan dan impian setiap kita namun tidak seorangpun yang mengerti akan hari esoknya. Hanya Tuhan yang tahu akan masa depan kita. Tuhan mengerti hari-hari yang kita lalui, dan Dia juga lah yang menentukan masa depan kita. Dalam Yeremia 29:11, dikatakan bahwa Tuhan berjanji akan memberikan masa depan yang indah serta penuh dengan pengharapan. Itu berarti hanya di dalam Yesus, kita memiliki kepastian akan hari esok kita.

Hari esok kita bukanlah ditentukan oleh banyaknya kekayaan yang kita miliki. Meskipun hari ini kita mempunyai banyak uang atau harta, hal itu tidak menjamin bahwa masa depan kita akan tenteram. Banyak orang dunia berpikir demikian. Tetapi perlu diketahui bahwa sebagai manusia, kita bisa saja membuat kesalahan. Entah salah berinvestasi, salah perhitungan, atau salah mengelola keuangan, sehingga apa yang kita punya hari ini pun dapat lenyap. Tetapi kepastian yang sejati hanya ada di dalam Yesus.

Sebaliknya, bila hari ini kita tidak punya apa-apa (uang atau kekayaan) yang bisa menjamin masa depan kita, janganlah takut. Tuhan Yesus lah Penjamin masa depan kita. Asalkan kita beriman dan bekerja dengan rajin, tidak malas, tidak cemas atau ragu-ragu, Tuhan pasti akan menjadikan segala sesuatunya indah pada waktuNya. Mari kita lakukan bagian kita dan tetap bertekun, sehingga kita dapat meraih harapan kita. Yesus tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu menyertai hidup kita dan akan menuntun kita kepada hari esok yang indah.

Bersama Tuhan masa depan yang indah bukan hanya sekadar impian, namun pasti dapat kita alami. Bersyukurlah sebab bersama Tuhan, kita akan menikmati hari esok yang indah. Songsonglah masa depan kita dengan penuh sukacita.

Suka memberi atau menerima?

Baca:  2 Korintus 9:6-15 

"Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  2 Korintus 9:6

Memiliki kasih dan suka memberi adalah karakter yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya.  Jika ada orang Kristen yang tidak punya kasih, pelit dan tidak suka memberi berarti belum melakukan kehendak Tuhan, padahal firmanNya jelas menyatakan,  "Berilah dan kamu akan diberi:  suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38)

     Orang Kristen yang tidak punya kasih dan tidak pernah memberi kepada orang lain tak ada bedanya dengan keberadaan Laut Mati.  Laut Mati adalah danau atau laut yang airnya tidak dapat diminum karena telah terkontaminasi dan berbau busuk. Kandungan garam di Laut Mati sangat tinggi dan bisa dikatakan bahwa Laut Mati adalah salah satu lingkungan yang paling tidak ramah di dunia.  Ikan-ikan tidak dapat bertahan hidup di sana.  Secara geografis Laut Mati dialiri oleh sungai Yordan yang bermuara ke laut ini, namun tidak seperti danau lain, Laut Mati tidak memiliki saluran ke luar;  laut ini hanya terus menampung air sungai sehingga semua air segar yang mengalir ke dalamnhya lambat laun menjadi busuk.

     Itulah gambaran yang tepat mengenai orang yang hidup mementingkan diri sendiri;  orang yang selalu mengharapkan untuk diberi tetapi tidak suka memberi.  Bila kita hanya suka menerima, selalu mengambil tetapi tidak pernah memberi, lama-kelamaan kehidupan kita akan berbau busuk:  masam, egois, tidak menyenangkan dan selalu berpikiran negatif terhadap orang lain.  Itu adalah dampak dari tidak adanya hal yang mengalir keluar dari dirinya.  Dunia berprinsip bahwa untuk menjadi kaya atau cara memperoleh harta adalah dengan menghemat sedemikian rupa dan menerima.  Sedangkan prinsip firman Tuhan adalah kebalikannya.  Di dalam Kerajaan Allah justru orang yang diberkati adalah orang yang menyebar dan menabur hartanya.  Tertulis: "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24) dan "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  (2 Korintus 9:6).  Tuhan menciptakan kita untuk menjadi seperti sungai yang terus-menerus mengalir.
Janji Tuhan itu unik, ia hanya dapat dipahami apabila dipraktekkan.

2 Korintus 9:6-15
9:6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
9:8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
9:9 Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya."
9:10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;
9:11 kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.
9:12 Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.
9:13 Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang,
9:14 sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu.
9:15 Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!

Rabu, 09 Juli 2014

Tetap Semangat

Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia,

yang menjanjikannya, setia.

Ibrani 10:23

Dalam hidup ini, seorang pemenang bukanlah mereka yang tidak pernah mengalami kegagalan, namun hanya mereka yang selalu dapat bertahan serta mampu bangkit saat mengalami kegagalan yang akan mencapai keberhasilan. Begitu pula dalam hidup ini tentunya kita tidak pernah lepas dari tantangan dan persoalan, sehingga terkadang membuat kita menjadi tawar hati. Namun hal ini tidak seharusnya menjadi alasan untuk menyerah, kita harus tetap bertahan untuk mencapai tujuan hidup kita. Saat kita mulai menyerah, ingatlah bahwa kita memiliki Tuhan yang besar yang membuat kita dapat berdiri teguh dan tetap bertahan. Seberat apapun tantangan yang kita alami bersama Tuhan pasti dapat kita tanggung, jadi jangan pernah menjadi pesimis. Tetap bertahan artinya kita tetap dapat bangkit dalam situasi yang sulit, serta tetap maju melakukan bagian kita. Percayalah, kita tidak mungkin akan terpuruk sebab sekalipun jatuh, kita tidak akan sampai tergeletak sebab ada tangan Tuhan yang menopang.

Kita akan dapat bertahan apabila memiliki tujuan yang jelas. Saat memiliki tujuan yang pasti, kita akan dapat bertahan menghadapi tantangan apapun yang terjadi. Jadi hal yang terpenting yaitu kita perlu memiliki tujuan dan arah yang jelas. Kita harus selalu berfokus. Ingatlah bahwa Tuhan selalu menyertai kita. Saat kita mengalami kegagalan, Tuhan ada bagi kita untuk memberikan pertolonganNya. Jadi jangan cemas! Kita harus memiliki keyakinan bahwa Tuhan sudah menyediakan kemenangan bagi kita. Kita tidak boleh mudah patah semangat. Walaupun mungkin hari ini kita gagal, tidak selamanya kita akan gagal, sebab Tuhan menjadikan kita sebagai pemenang. Dia menjadikan kita sebagai kepala dan bukan ekor. Dan ketika Tuhan berjanji pasti, Dia pasti akan menggenapinya dalam hidup kita. Selain itu, setiap tantangan yang kita hadapi tidak pernah melebihi kekuatan yang kita miliki. Kita pasti dapat menanggungnya, oleh sebab itu  kita harus tetap bertahan.

Dalam setiap persoalan, jangan melihat besarnya tantangan, namun pandanglah Tuhan yang besar yang akan memberikan kemenangan bagi kita. Ingatlah bahwa hanya pada saat kita dapat bertahan, kita akan mendapatkan kemenangan dan keberhasilan. Oleh sebab itu, jangan pernah menjadi lemah. Bersama Tuhan kita pasti melakukan perkara yang besar sehingga kita dapat meraih keberhasilan.

Senin, 07 Juli 2014

Serahkan hidupmu kepada Tuhan

Baca: Mazmur 12:1-9
"Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam
dapur peleburan di tanah." Mazmur 12:7
Dalam Ibrani 11:1 dikatakan, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
iman memiliki dua dimensi yaitu dimensi sekarang (masa kini) dan dimensi yang akan
datang. Dimensi sekarang berkenaan dengan kehidupan yang sedang kita jalani dan pergumulkan, serta terlihat secara kasat mata.
Dimensi kedua yaitu dimensi yang akan datang, berkenaan dengan pengharapan kita di dalam Tuhan, arah pandang yang tertuju kepada janji-janji
Tuhan yang saat ini tidak kelihatan dan masih belum terjadi, namun yang kita yakini bahwa pada
saat yang tepat Tuhan pasti menggenapiNya,
sebab janji Tuhan adalah murni.
'Dimensi janji Tuhan' inilah yang seringkali menjadi sebuah pergumulan yang tidak mudah
bagi setiap orang percaya. Ada banyak orang Kristen yang mudah sekali berubah sikap, imannya
melemah dan tidak lagi menaruh pengharapan
penuh kepada Tuhan karena kenyataan yang ada tidak seperti yang diharapkan. Mereka tidak lagi
bersabar menantikan janji Tuhan dan lebih memilih
mengandalkan kekuatan sendiri, lari kepada manusia mencari pertolongan. Waspadalah, Iblis
akan menggunakan celah ini sebagai kesempatan menabaur benih keraguan dan ketidakpercayaan
kepada Tuhan. Alkitab menegaskan: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang
hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia17:5).
Jangan sekali pun ragu terhadap janji Tuhan. Cepat atau lambat janjiNya pasti akan digenapi. Di
tengah situasi-situasi sulit biarlah kita selalu menguatkan iman percaya kepada Tuhan sehingga
kita tetap dapat berkata: "Janji-Mu sangat teruji,
dan hamba-Mu mencintainya." (Mazmur 119:140).
"Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya,
atau berbicara dan tidak menepatinya?" Bilangan 23:19
Mazmur 12:1-8
12:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Yang
kedelapan. Mazmur Daud. (12-2) Tolonglah
kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah
habis, telah lenyap orang-orang yang setia
dari antara anak-anak manusia.
12:2 (12-3) Mereka berkata dusta, yang seorang
kepada yang lain, mereka berkata dengan
bibir yang manis dan hati yang bercabang.
12:3 (12-4) Biarlah TUHAN mengerat segala bibir
yang manis dan setiap lidah yang bercakap
besar,
12:4 (12-5) dari mereka yang berkata: "Dengan
lidah kami, kami menang! Bibir kami
menyokong kami! Siapakah tuan atas kami?"
12:5 (12-6) Oleh karena penindasan terhadap
orang-orang yang lemah, oleh karena
keluhan orang-orang miskin, sekarang juga
Aku bangkit, firman TUHAN; Aku memberi
keselamatan kepada orang yang
menghauskannya.
12:6 (12-7) Janji TUHAN adalah janji yang murni,
bagaikan perak yang teruji, tujuh kali
dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.
12:7 (12-8) Engkau, TUHAN, yang akan
menepatinya, Engkau akan menjaga kami
senantiasa terhadap angkatan ini.
12:8 (12-9) Orang-orang fasik berjalan ke mana-
mana, sementara kebusukan muncul di antara
anak-anak manusia.

Rabu, 02 Juli 2014

Inikah saat untuk berdoa

Inikah Saat untuk Berdoa?
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, Tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6)
Saat menghadapi cobaan, banyak orang sering memutuskan untuk menjadikan doa sebagai usaha terakhir. Ada seorang pria yang sedang
berjuang mati- Saat menghadapi cobaan, banyak orang sering memutuskan untuk menjadikan doa sebagai usaha terakhir. Ada seorang pria yang sedang berjuang mati-matian melawan kanker. Ketika orang-orang melihat kanker itu berangsur-angsur memperburuk tubuh dan gaya hidupnya, seseorang berkata, "Ya, mereka telah mencoba segalanya. Saya kira inilah saatnya untuk mulai berdoa."
Seorang pria lain sedang menghadapi masa-masa yang sangat sulit dalam pekerjaan. Itu merupakan
krisis besar yang sangat berpengaruh terhadap dirinya dan masa depan perusahaannya. Ia tidak
mampu menyelesaikannya. Akhirnya ia berkata, "Saya telah mencoba segala yang saya ketahuin untuk keluar dari situasi ini, tetapi tak ada yang berhasil. Ini saatnya untuk mulai berdoa." melawan kanker. Ketika orang-orang melihat kanker itu berangsur-angsur memperburuk tubuh dan gaya hidupnya, seseorang berkata, "Ya, mereka telah mencoba segalanya. Saya kira inilah saatnya untuk mulai berdoa."
Seorang pria lain sedang menghadapi masa-masa yang sangat sulit dalam pekerjaan. Itu merupakan
krisis besar yang sangat berpengaruh terhadap dirinya dan masa depan perusahaannya. Ia tidak
mampu menyelesaikannya. Akhirnya ia berkata, "Saya telah mencoba segala yang saya ketahuinuntuk keluar dari situasi ini, tetapi tak ada yang
berhasil. Ini saatnya untuk mulai berdoa."
Dalam kedua contoh di atas, doa telah dipandang sebagai jalan keluar terakhir untuk mengatasi
masalah. Hanya setelah pilihan-pilihan lain tersisihkan, maka orang mengambil keputusan untuk berdoa. Doa akhirnya menjadi usaha terakhir
ketika sudah tidak ada jalan lain.
Doa seharusnya merupakan tindakan pertama yang kita lakukan, bukannya tempat pelarian terakhir.
Tuhan menjawab doa, dan Dia ingin agar kita senantiasa datang kepada-Nya dengan membawa
seluruh kebutuhan kita (1Tesalonika 5:17). Alkitab mengatakan kepada kita "janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada
Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur " (Filipi 4:6).
Jadi, jangan menunggu lagi. Setiap waktu adalah saat yang tepat untuk berdoa. DOA HENDAKNYA MERUPAKAN LANGKAH AWAL BUKANNYA TEMPAT PELARIAN TERAKHIR KITA